Rabu, 11 April 2012

Rambu Rambu untuk SBY


Jalan berliku nampaknya memang harus ditempuh Prsiden SBY untuk merampungkan masa jabatanya hingga 2014 nanti. Tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh Presiden SBY berkisar pada konflik internal kendaraan partainya sendiri, dalam hal ini adalah Partai Demokrat ataupun bersumber pada kebijakan pemerintahanya yang mendapat reaksi keras dari publik  atau bahkan perilaku pribadi krew  tertentu yang dinahkodai dirinya yang tidak mendapat simpatik luas dari masyarakat.

·         Bercermin padaBulog Gate

Dampak dari kekisruhan yang mendera Presiden SBY dan seputarnya bisa saja membawanya ke dalam kondisi seperti yang dialami Gus Dur pada tahun 2001 karena tiupan angin Bulog Gate I yang begitu kencang menerpanya, yang membawanya terjungkal dari kursi kepresidenanya. Meski hingga sekarang bukti keterlibatan langsung dirinya dengan pembelanjaan non  bujeter senilai 40 Milyar Rupiah tidak/belum terbukti. Namun jatuhnya Gus Dur cukup memuaskan pihak pihak yang menjadi musuh politiknya, sehingga cukuplah sudah kasus Bulog Gate I usuai sudah.

Oleh karena itu tidak ada maneuver politik/kebijakan  Presiden SBY kecuali dikedepankan dengan penuh kehati-hatian. Bukankah kasus Nazarudin, Angelina Sondakh dan Anas Urbaningrum yang terbukti atau masih diduga  terlibat korupsi Wisma Atlet Sea Game Palembang masih merebak memenuhi  media tanah air. Dalam hal ini tentunya SBY harus legowo untuk kehilangan mereka dan menonaktifkan figure figure di tubuh partainya yang tersenggol kasus itu demi meraih kembali nama baiknya atau mempertahankan berkibarnya bendera Partai Demokrat yang mulai tertunduk lesu. Apabila SBY terus saja membiarkan terkikisnya kepercayaan publik, maka kejatuhan dirinya hanya menunggu waktu saja.

·         Perpecahan di Setgab Koalisi

Apalagi dengan terjadinya keretakan di tubuh setgab koalisi yang dibangun Pesiden SBY dengan  dikucilkanya PKS setgan tersebut, hanya karena persoalan menolaknya partai itu terhadap kebijakan kenaikan BBM, awal April silam. Indikasi pengucilan tersebut nampak pada partai yang dipimpin Luthfi Hasan Ishaaq tersebut tak diundang dalam rapat anggota Setgab di kediaman politikus Demokrat, Syarif Hassan, Selasa 10 April 2012.  Rapat tersebut beragenda pembahasan  RUU Pemilu tentang perubahan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008.

Langkah Presiden SBY tersebut adalah sama dengan langkah pengebirian dirinya secara perlahan bukan hanya untuk mengusung simpatik rakyat tetapi juga untuk kebijakan  kontroversial lainnya selain BBM di masa mendatang, yang sudah jelas akan menjegal dirinya atau lebih jauh lagi akan mengurangi kekuatan politiknya atau penerusnya di pemilu 2014. Dengan alasan tersebut maka kita bisa mengkaji bahwa langkah Presiden SBY adalah langkah yang gegabah. Alasan tersbut cukup masuk akal, karena harga BBM adalah milik semua Rakyat Indonesia. Sehingga apabila PKS menolak rencana kenaikan tersebut, maka bukan berarti PKS mengkhanati kontrak politik antar pendukung SBY.

·         Tindakan Tak Terpuji Sang Wakil Mentri

Tidak tanggung tanggung sebuah tindakan tak terpuji telah dilakukan petinggi negeri ini, saat Prof Deny Indrayana Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia serta pernah mejabat Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan ,  karena kesalnya saat sidak ke LP Pakan Baru, Selasa 3 April 2012 telah dikabarkan media tega menampar anggota sipir LP tersebut. Karuan saja tindakan tersebut mendapat respon tidak terimanya semua anggota sipir LP se Indonesia terhadap perlakuan tak terpuji tersebut.

Padahal sang wakil menteri tersebut adalah seorang ahli hukum dengan seabreg prestasinya, sangatlah tidak pantas berbuat seperti itu. Opini publikpun merebak dan mengkaitkan penganayaan tersebut dengan nama besar Presiden SBY. Hal ini tentunya menambah kisruh lagi perihal mentalitas petinggi di lingkungan Presiden SBY. Akankah SBY member sangsi moral kepada anggota kabinetnya yang mata gelap ini ataukah hanya membiarkan begitu saja sama seperti petinggi lainnya yang berlindung di jabatanya itu.

·         Mr.Cleaner

Disela penantian rakyat akan realisasi kenaikan harga BBM yang sempat tertunda, sudah semstinya Presiden SBY memainkan perananya sebagai “Mr Cleaner” terhadap semua krew yang membantunya agar mampu melegakan hati publik dan menapak kebikajan pemerintahanya dengan ekstra hati-hati. Bukankah gejolak demo menentang kebijakan dia dalam rencana menaikan harga BBM demikian crusialnya, yang semestinya mampu dijadikan cermin demi keberhasilan kepimimpinanya***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar