Jumat, 09 Maret 2012

Diantara BBM dan TDL


Jero Wacik Mentri Enerji dan Sumber Daya Mineral
Masyarakat Indonesia yang menurut beberapa pihak menyebutkan sebagai masyarakat yang sedang mengalami keterpurukan. Pengertian terpuruk juga bisa  diidentikan dengan masyarakat yang lapar, karena telah jatuh daya belinya, yang teriak karena harga kebutuhan bahan pokok yang cenderung naik terus, mengeluh dengan biaya pendidikan yang tinggi, kecewa dengan sistim hubungan Outsourching antara buruh dan majikan dan lagu lama yang kita telah kita dengar, yaitu   PHK sepihak yang dilakukan pengusaha terhadap buruhnya.

Kondisi yang pelik di atas, bersama kita harapkan untuk segera teurai dan tidak lagi menjadi benang kusut, yang mengusuti kondisi sosial masyarakat kita. Hal ini berarti bahwa segala kebijakan otoritas di negeri ini, adalah sesuatu yang cenderung menumbuhkan factor factor yang kondusif demi sembuhnya keterpurukan. Kebijakan angin segar bagi si kecil adalah sesuatu yang bersifat emergensi, bukan  lagi hanya “lip only” atau yang hanya sebuah kebijakan formalitas.

Namun apa yang kita hadapi justru sebuah kontradiksi sehubungan dengan kebijakan pemerintah menaikan harga BBM per 1 April 2012 sebesar Rp.1500/L untuk harga premium.
Rencana kebijakan tersebut telah disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik, di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu (3/3/2012). Selanjutnya Jero Wacik menyatakan, bahwa Kenaikan BBM merupakan pilihan yang harus ditempuh pemerintah. Terlebih, harga minyak dunia terus tertekan dengan krisis ekonomi yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat.

·         Dibarengi Kenaikan TDL

Kebijakan pemerintah yang terus menggeliat menepis angin kesejukan bagi rakyat kecil rupanya bukan hanya itu saja. Karena pemerintah berencana pula menaikan TDL sebesar 10 % secara bertahap dan tidak bersamaan dengan kenaikan BBM. Alasan pemerintah menaikan TDL tersebut, karena menghemat subsidi pemerintah sebesar 90 Triltun Rupiah/tahun.

Kita menjadi terperangah dengan kebijakan yang tidak kita mengerti, ibarat kita harus menyaksikan komedi putar yang sama sekali tidak menghibur hati kita yang sedang lapar.
Nampaklah kebijakan seperti ini hanya semata kebijakan fiscal yang terus menerus tidak pernah menemukan solusi yang tepat.Betapa tidak, kebijakan seperti ini tentunya bakal memancing naiknya semua harga kebutuhan hidup, pendidikan, transportasi di tengah pendapatan /gaji buruh yang lambat menyesuaikan bahkan tidak proporsional dengan kenaikan semua harga.  Sudah barang tentu kebijakan pemerintah tersebut akhirnya mendapat respon negative dari kelompok buruh dan mahasiswa.

·         Angka Kemiskinan yang Menjadi Taruhan

Meski pemerintah juga berencana memberikan BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat ) sebesar 9 Trilyun Rupian, yang diperoleh dari pemotongan 50 % anggaran perjalanan dinas. Namun kiat itupun tidak  menyelesaikan masalah karena masih tingginya angka kemiskinan dan pengangguran sebesar 11,5 % dan 6,5 %, dengan laju kenaikan ekonomi tahun 2012 yang merambat pada kisaran 4,5 % (menurut analisis IMF). Bila gambaran kasar jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 235 juta, maka jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah sebesar 25.850.000 jiwa. Sebesar apapun BLSM apalagi hanya bersifat sementara, maka salngatlah kecil peluang untuk mampu meredah angka kemiskinan, bila terjadi realisasi kenaikan harga BBM dan TDL.

Memang kita tidak menutup mata, bahwa pembelanjaan APBN untuk kebutuhan konsumsi masyarakat adalah beresiko terhadap fiscal suatu negara, seperti yang dinyatakan oleh  Gubernur BI Darmin Nasution bahwa , Indonesia dapat memetik pelajaran dari krisis Eropa dan AS yang berakar dari permasalahan yang sama yaitu kecenderungan untuk berutang secara berlebihan dalam membiayai konsumsi.
Untuk keperluan tersebut terkadang  utang menjadi jalan pintas sehingga terus membesar dan menjadi beban yang mengancam kesinambungan fiskal, pola konsumsi berjalan tidak seimbang dengan kemampuan produksi sektor riil.

Namun masalahnya akan berbeda bila aspek kenaikan BBM dan TDL diterapkan guna penyelamatan fiscal. Kita mengetahui besama bahwa BBM dan TDL adalah berperan strategis dalam kegiatan ekonomi dari hulu hingga hilir. Segala sesuatu tentang kedua unsure tersebut sangatlah berdampak luas, terutama bagi masyarakat kecil di Indonesia.Maka angka kemiskinan tak pelak lagi akan jatuh.

Dengan demkian rakyat kecilpun berharap bahwa pemerintah sebaiknya dengan taktis mengambil langkah alternative lainnya guna menyelematkan fiscal negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar