Jero Wacik Mentri Enerji dan Sumber Daya Mineral |
Kondisi
yang pelik di atas, bersama kita harapkan untuk segera teurai dan tidak lagi
menjadi benang kusut, yang mengusuti kondisi sosial masyarakat kita. Hal ini
berarti bahwa segala kebijakan otoritas di negeri ini, adalah sesuatu yang
cenderung menumbuhkan factor factor yang kondusif demi sembuhnya keterpurukan. Kebijakan
angin segar bagi si kecil adalah sesuatu yang bersifat emergensi, bukan lagi hanya “lip only” atau yang hanya sebuah kebijakan
formalitas.
Namun
apa yang kita hadapi justru sebuah kontradiksi sehubungan dengan kebijakan
pemerintah menaikan harga BBM per 1 April 2012 sebesar Rp.1500/L untuk harga
premium.
Rencana
kebijakan tersebut telah disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) Jero Wacik, di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu
(3/3/2012). Selanjutnya Jero Wacik menyatakan, bahwa Kenaikan BBM merupakan
pilihan yang harus ditempuh pemerintah. Terlebih, harga minyak dunia terus
tertekan dengan krisis ekonomi yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat.
·
Dibarengi Kenaikan TDL
Kebijakan
pemerintah yang terus menggeliat menepis angin kesejukan bagi rakyat kecil rupanya
bukan hanya itu saja. Karena pemerintah berencana pula menaikan TDL sebesar 10
% secara bertahap dan tidak bersamaan dengan kenaikan BBM. Alasan pemerintah
menaikan TDL tersebut, karena menghemat subsidi pemerintah sebesar 90 Triltun
Rupiah/tahun.
Kita
menjadi terperangah dengan kebijakan yang tidak kita mengerti, ibarat kita harus
menyaksikan komedi putar yang sama sekali tidak menghibur hati kita yang sedang
lapar.
Nampaklah
kebijakan seperti ini hanya semata kebijakan fiscal yang terus menerus tidak
pernah menemukan solusi yang tepat.Betapa tidak, kebijakan seperti ini tentunya
bakal memancing naiknya semua harga kebutuhan hidup, pendidikan, transportasi
di tengah pendapatan /gaji buruh yang lambat menyesuaikan bahkan tidak
proporsional dengan kenaikan semua harga. Sudah barang tentu kebijakan pemerintah
tersebut akhirnya mendapat respon negative dari kelompok buruh dan mahasiswa.
·
Angka Kemiskinan yang Menjadi Taruhan
Meski
pemerintah juga berencana memberikan BLSM (Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat ) sebesar 9 Trilyun Rupian, yang diperoleh dari pemotongan 50 %
anggaran perjalanan dinas. Namun kiat itupun tidak menyelesaikan masalah karena masih tingginya
angka kemiskinan dan pengangguran sebesar 11,5 % dan 6,5 %, dengan laju
kenaikan ekonomi tahun 2012 yang merambat pada kisaran 4,5 % (menurut analisis
IMF). Bila gambaran kasar jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 235 juta,
maka jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah sebesar 25.850.000 jiwa.
Sebesar apapun BLSM apalagi hanya bersifat sementara, maka salngatlah kecil
peluang untuk mampu meredah angka kemiskinan, bila terjadi realisasi kenaikan
harga BBM dan TDL.
Memang
kita tidak menutup mata, bahwa pembelanjaan APBN untuk kebutuhan konsumsi
masyarakat adalah beresiko terhadap fiscal suatu negara, seperti yang
dinyatakan oleh Gubernur BI Darmin
Nasution bahwa , Indonesia dapat memetik pelajaran dari krisis Eropa dan AS
yang berakar dari permasalahan yang sama yaitu kecenderungan untuk berutang
secara berlebihan dalam membiayai konsumsi.
Untuk
keperluan tersebut terkadang utang menjadi
jalan pintas sehingga terus membesar dan menjadi beban yang mengancam
kesinambungan fiskal, pola konsumsi berjalan tidak seimbang dengan kemampuan
produksi sektor riil.
Namun
masalahnya akan berbeda bila aspek kenaikan BBM dan TDL diterapkan guna penyelamatan
fiscal. Kita mengetahui besama bahwa BBM dan TDL adalah berperan strategis
dalam kegiatan ekonomi dari hulu hingga hilir. Segala sesuatu tentang kedua
unsure tersebut sangatlah berdampak luas, terutama bagi masyarakat kecil di
Indonesia.Maka angka kemiskinan tak pelak lagi akan jatuh.
Dengan
demkian rakyat kecilpun berharap bahwa pemerintah sebaiknya dengan taktis
mengambil langkah alternative lainnya guna menyelematkan fiscal negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar