Sesuatu yang kontroversi telah terjadi di seluruh kota kota besar di Indonesia. Betapa tidak, di salah satu sisi terdapat manusia yang mampu menghamburkan uang milyaran rupiah guna keperluan lakunya merek produk yang mereka dagangkan, tapi di sisi lainnya masih banyak masyarakat kita yang untuk mendapatkan sarapan pagi saja mereka harus bersusah payah setengah mati.
Kontroversi
tersebut di atas tersirat dengan maraknya baliho warna warni berukuran raksasa,
yang glamour di pinggir jalan jalan
Simpang Lima Kota Semarang. Mereka semua berlomba berdiri untuk menunjukan
esksotis cat warna warni , seakan semua berhasrat menyentuh langit. Wajah flamboyant
dan melangkolis dari para manusia manusia kahyangan negeri selebritis yang ayu
dan ganteng terpampang artistik di wajah semua baliho tersebut.
Teriakan
teriakan lantang dari penyiar beberapa radio swasta terus menyeruak atmosfir
kota Semaang, yang memberi kabar rencana kedatangan artis negeri kahyangan yang
layaknya manusia “The many million dollar man” beberapa hari sebelumnya. Warga
Semarangpun menggeliat dan bergegas untuk menempel di troktoar pinggir jalan
jalan besar Kota Semarang, tak pandang bulu kapan harga BBM jadi naik apa
tidak, atau bahkan mereka punya beras untuk sarapan pagi esok hari atau tidak. “Apakah
benar manusia manusia kahyangan dari balik layar kaca bisa aku temui saat ini
?” sahut mereka semua satu sama lain.
Mereka kini
berteriak kegirangan saat menyaksikan wajah wajah berbedak dan gincu tebal,
seperti “Boneka Beirby “ benar benar di depan mereka. Mata mereka yang cekung
ke dalam tidak mau menanggalkan sorotnya dari cerianya para bidadari dan satria
satria genteng yang membingarkan panggung gembira, meski warga Semarang yang terhipnotis
hanya mampu memandang manusia negeri
kahyangan itu tanpa membuat perut mereka kenyang. Apakah perhelatan kontroversi
in hanya berlangsung di Kota Semarang
atu bakal terjadi juga di semua kota besar di tanah air?.
Sementara
juragan kaya yang merogoh kocek dalam-dalam guna membiayai perhelatan
selebritis ini terus saja mengusung senyuman lepas. Namun sebentar sebentar
juragan kaya itu menggaruk-nggaruk rambutnya, karena telah malang melintangnya
kata hati yang terpendam. Maka selama karnaval berlangsung sering kali dia bergumam tentang sesuatu, “ Mungkinkah
uang yang saya habiskan bakal kembali berlipat ganda ?”. Tetapi sering pula dia
menggerutu karena sering dia jumpai antrian panjang di tiap Pom Bensin di kota
ini. Yang jelas
antrian panjang
itu bukan antrian orang-orang yang berebut sembako, tetapi antrian orang orang
yang berniat membeli bensin, yang kabarnya mulai 1 April nanti naik bebeapa
persen.
Panggung
gembira yang tingginya sebatas kepala manusia itu terlihat terang benderang.
Berpuluh lampu disko buatan luar negeri bergelantungan di atas panggung itu.
Sehingga
background
bergambar barang dagangan milik juragan kaya raya jelas terpampang, namun warga Kota Semarang yang
tumpah ruah mengelilingi panggung itu sama sekali
tidak
mengambil perduli. Mereka hanya ingin menyaksikan atraksi manusia yang mampu
“bergoyang pinggang sambil berputar” mirip bor baja yang menusuk perut bumi.
Riuh rendah dan tepuk sorai terus saja menebas gerimis yang membasahi rumput di
bundaran Simpang Lima. Semakin malam semakin kencang goyangan bor baja itu,
semakin lupa warga Semarang dengan keadaan mereka sendiri, yang sebenarnya
telah meradang pilu dengan nasib mereka sendiri.
Selama ini
mereka terus saja memegang jidat mereka sendiri kala pagi, siang dan malam.
Karena terpaan kenaikan harga semua barang kebutuhan keluarga. Belum lagi
mereka harus meluansi SPP anak-anak mereka yang terlibat kegiatan sekolah,
seperti ulangan tengah semester, try-out, ulangan semester dan UN. Apalagi bila
rencana kenaikan BBM dan TDL 1 April nanti benar benar direalisir, akan seperti
apa jadinya nasib mereka. Sebagian dari mereka malam ini mampu melupakan nasib
mereka sendiri setelah mereka terkena PHK atau habisnya masa kontrak
“out-sourching” di perusahaan tempat mereka mengadu nasib, meski sebagian dari
mereka hanya tenaga cleaning service, satpam, debt collector atau tenaga kasar
lainnya.
Kegaduham
semakin menggila meski malam mulai larut, setelah sang penyanyi dangdut
berteriak “ Tangan di atas, goyang sampai pagi ! ”, sementara gerimis bertambah
kerap dan baju baju mereka mulai basah. Tidak perduli dia ABG, setengah tua,
janda muda, ibu rumah tangga beranak empat bahkan laki laki lajang yang belum
laku mendapatkan pasangan terus saja menggerakan pinggang dan kedua kaki mereka.
Hingga fajarpun mulai mengintip lapangan Simpang Lima yang menjadi saksi
perhelatan kontroversi itu.
***
Apa mau
dikata, pentas boneka beirby barusan adalah sesuatu yang bukan milik mereka
atau sesuatu yang berdiri bukan di pihak mereka. Setelah sang fajar benar-benar
datang, merekapun hanya mampu tertunduk lesu dan segera pulang ke rumah mereka
masing-masing yang kumuh terkenan banjir rob. Lantas pakah manusia negeri
kahyangan itu
akan duduk
di depan mereka dengan kedua matanya yang sembab lantaran prihatin pada mereka
?. Kini artis negeri kahyangan itupun telah siap-siap pulang ke rumahnya denhan
menjinjing honor ratusan juta rupiah.
Padahal
perhelatan itu bakal di lakukan juga di semua kota-kota besar diseluruh tanah
air, yang sebagian masyarakatnya tidak jauh berbeda dengan warga Semarang.
Hanya
juragan
kaya saja yang membiayai perhelatan ini yang terus menghiasi wajahnya dengan
senyum ceria dan lepas.Bagaimana dengan orang kecil yang terhipnotis oleh
kepiawaian menghibur manusia negeri kahyangan. Mereka kinipun balkal bersiap
untuk mengencangkan ikat pinggang mereka bersama keluarga mereka semua. Siapa
suruh….???***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar