Minggu, 06 Februari 2011

Perjalanan Ke Negeri Neraka

Sumber: Google Picture, 2011

Awal tahun 2011 ini kita kembali teringat pada saudara saudara kita yang hidup di Haiti , yang pada Bulan Januari 2010 silam telah dihancurkan gempa bumi, sehingga menewaskan 200.000 warga.

Gempa bumi mematikan, bencana tornado, wabah kolera ditambah lagi dengan badai Tomas adalah kenangan pahit bagi negeri itu. Bagi siapa saja yang melakukan perjalanan membedah negeri ini, pastilah akan merasa ngeri, bagaikan berjalan di negeri neraka.

Tanggal 12 Januari 2010 silam sebuah gempa bumi dasyat telah meluluh lantakan Ibu Kota Port-au-Prince, yang didiami sekitar 230.000 ribi jiwa. Dengan keterbatasan segala hal, kehancuran kota tersebut telah tertunda untuk dibangun kembali.
Sumber: Google Picture, 2011



Sehingga sbanyak 500.000 warga masih hidup di pengungsian. Guna memberikan uluran tangan pada warga yang putus asa tersebut PM Haiti Jean-Max Bellerive telah membentuk LSM yang dinamakan Interim Haiti Recovery Commission (IHRC). Pembentukan lembaga ini diprakasai oleh mantan Prsidan AS Bill Clinton.

• Hanya Mampu Rehabilitasi Apa Adanya

Negara termiskin di Amerika ini, telah mengalami konflik yang panjang dan kronis yang menyebabkan mereka mengalami masa krisis di awal tahun 2011 ini. Betapa tidak lebih dari 130.000 warga telah terkena wabah kolera dan menewaskan 3.000 warganya pada Bulan Oktober 2010 dan mulai Desember 2010 kolera telah menjangkiti 130.000 warga.

Tenaga medis yang dikirim oleh PBB telah menemukan sumber epidemic tersebut, yaitu penggunaan sumber air konsumsi dari sungai yang telah tercemar baksil kolera. Ide dan gagasan untuk menelibatkan Badan PBB untuk menanggulangi wabah kolera tersebut berasal dari Renaud Piarroux ahli Epidemi dari Perancis.

Sekjen PBB Ban Ki Moon telah dilibatkan dalam penanganan wabah ini dan segera melaukakan investigasi independent mengenai penyebab wabah kolera tersebut. Para aktifis Nasionalis Haiti guna keperluan investigasi tersebut telah ditugasi untuk meredam kemarahan sebagian kelompok yang marah terhadap aktifitas Badan Perdamaian PBB (Minustah). Hal ini disebabkan timbulnya aktifitas untuk menentang badan dunia tersebut.

Saat itu Haiti memang dilanda kekacauan social dan politik . Oleh karena itu diharapkan dengan kerjasama antara masyarakat Haiti dan Badan Perdamaian PBB prbdaan pandangan yang saling tumpang tindih di Negara Haiti bisa diredam. Meski sebagian pengamat telah menyangsikan keberhasilan perdamaian tersebut.

• Sambutan Dingin

Sebagian rakyat Haiti telah menyambut dingin kehadiran PBB tersebut dan mengolok oloknya dengan sebutan "Touristah" – sebuah sebutan antagonis untuk Minustah. Tetapi untuk memberikan penghargaan terhadap Badan Dunia tersebut, sesuai dengan subatansi Konstitusi Haiti otoritas telah menyatakan bahwa perdamaian yang diharapkan di Haiti selama ini bergantung pada dua kekuatan besar, yaitu militer dan politisi.Oleh karena itu dua kekuatan besar inilah yang harus menciptakan perdamaian. Tetapi untuk menjamin perdamaian yang terpuruk badan duniapun sebenarnya harus dihadirkan, demikian pendapat para pengamat dari luar negeri.
Minustah sebenarnya telah bertugas sejak 2004 lalu, tetapi mereka hingga kini masih berjuang menegakan perdamaian dan stabilitas.Hal ini disebabkan mereka masih terkendaa sikap rakyat Haiti yang belum menerima kekauatan pendamai dari luar negeri.

Sementara itu para petugas PBB menyatakan bahwa kebekuan sikap sebagian kelompok politik menyebabkan masyarakat Haiti seperti hidup dalam penjara. Padahal banyak donator dari luar negeri menghimbau penguasa di Haiti agar bersama sama menciptakan perdamaian dan melakukan kerjasama yang baik untuk menegakan kemanusiaan di negeri itu.

Mr. Seitenfus salah satu anggota parlemen negri itu menyatakan ketidaksetujuanya bila Haiti diperlakukan sewenang wenang oleh penguasa, dan akibat pernyataan tersebut kini dia dinonaktifkan dari OAS (Parlemen Haiti).

• Election fiasco (Pemilu Presiden)

Untuk negeri yang lama terpuruk itu, Pemilihan presiden dan anggota dewan sebenarnya adalah sebuah nafas segar dan sebuah harapan baru. Tetapi langkah ini semakin membuat pertikaian baru, padahal pemilu ibarat mereka hanya berkorban hanya satu menit tetapi diteruskan dengan perdamaian berbulan bulan.

Tetapi kenyataan berbeda jauh karena para politisi tidak memiliki rasa tanggung jawab Politicians are not fulfilling their responsibilities. Kasus korupsi terus saja terjadi hingga pemilu 28 Nopember 2010. Banyak para tenaga pemilu yang diintimidasi oleh mereka yang menentang pemilu.

Tetapi dengan adanya keterlibatan badan dunia yang menjamin kemampuan tugas dan tanggung jawabnya pemilu tersebut berhasil dilaksananakan.
But international bodies who oversaw the vote - notably the OAS - have their share of responsibility in this fiasco.
"We saw the international community flout democracy and support an electoral farce to promote the catastrophic political status quo that serves its cause," says one student at Port-au-Prince university, reflecting the majority view among Haiti's educated young.

• Haus Kekuasaan

Haiti telah menderita penyakit komplikasi yang menjadikan tidak adanya rasa tanggung jawab diantara rakyat dan pemimpinya dan upaya perdamaian untuk rakyat di masa depan.

Sehingga timbul pertanyaan dari pengamat berapa lama korban gempa bumi hidup di tenda. Bahkan sejak jatuhnya diktator Jean-Claude Duvalier tahun 1986 , hingga kini belum ada sosok yang karismatik untuk memimpin Negara itu. Diantara para politisi dan petinggi tidak terdapat niatan untuk melakukan dialog nasional untuk kemajuan negeri Haiti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar