Jumat, 16 Maret 2012

Kontroversi Negeri Kaca



Sesuatu yang kontroversi telah terjadi di seluruh kota kota besar di  Indonesia. Betapa tidak, di salah satu sisi terdapat manusia yang mampu menghamburkan uang milyaran rupiah guna keperluan lakunya merek produk yang mereka dagangkan, tapi di sisi lainnya masih banyak masyarakat kita yang untuk mendapatkan sarapan pagi saja mereka harus bersusah payah setengah mati.

Kontroversi tersebut di atas tersirat dengan maraknya baliho warna warni berukuran raksasa, yang glamour  di pinggir jalan jalan Simpang Lima Kota Semarang. Mereka semua berlomba berdiri untuk menunjukan esksotis cat warna warni , seakan semua berhasrat menyentuh langit. Wajah flamboyant dan melangkolis dari para manusia manusia kahyangan negeri selebritis yang ayu dan ganteng terpampang artistik di wajah  semua baliho tersebut.

Teriakan teriakan lantang dari penyiar beberapa radio swasta terus menyeruak atmosfir kota Semaang, yang memberi kabar rencana kedatangan artis negeri kahyangan yang layaknya manusia “The many million dollar man” beberapa hari sebelumnya. Warga Semarangpun menggeliat dan bergegas untuk menempel di troktoar pinggir jalan jalan besar Kota Semarang, tak pandang bulu kapan harga BBM jadi naik apa tidak, atau bahkan mereka punya beras untuk sarapan pagi esok hari atau tidak. “Apakah benar manusia manusia kahyangan dari balik layar kaca bisa aku temui saat ini ?” sahut mereka semua satu sama lain.

Mereka kini berteriak kegirangan saat menyaksikan wajah wajah berbedak dan gincu tebal, seperti “Boneka Beirby “ benar benar di depan mereka. Mata mereka yang cekung ke dalam tidak mau menanggalkan sorotnya dari cerianya para bidadari dan satria satria genteng yang membingarkan panggung gembira, meski warga Semarang yang terhipnotis  hanya mampu memandang manusia negeri kahyangan itu tanpa membuat perut mereka kenyang. Apakah perhelatan kontroversi in hanya berlangsung di Kota Semarang  atu bakal terjadi juga di semua kota besar di tanah air?.

Sementara juragan kaya yang merogoh kocek dalam-dalam guna membiayai perhelatan selebritis ini terus saja mengusung senyuman lepas. Namun sebentar sebentar juragan kaya itu menggaruk-nggaruk rambutnya, karena telah malang melintangnya kata hati yang terpendam. Maka selama karnaval berlangsung sering  kali dia bergumam tentang sesuatu, “ Mungkinkah uang yang saya habiskan bakal kembali berlipat ganda ?”. Tetapi sering pula dia menggerutu karena sering dia jumpai antrian panjang di tiap Pom Bensin di kota ini. Yang jelas
antrian panjang itu bukan antrian orang-orang yang berebut sembako, tetapi antrian orang orang yang berniat membeli bensin, yang kabarnya mulai 1 April nanti naik bebeapa persen.
***
Panggung gembira yang tingginya sebatas kepala manusia itu terlihat terang benderang. Berpuluh lampu disko buatan luar negeri bergelantungan di atas panggung itu. Sehingga
background bergambar barang dagangan milik juragan kaya raya jelas  terpampang, namun warga Kota Semarang yang tumpah ruah mengelilingi panggung itu sama sekali
tidak mengambil perduli. Mereka hanya ingin menyaksikan atraksi manusia yang mampu “bergoyang pinggang sambil berputar” mirip bor baja yang menusuk perut bumi. Riuh rendah dan tepuk sorai terus saja menebas gerimis yang membasahi rumput di bundaran Simpang Lima. Semakin malam semakin kencang goyangan bor baja itu, semakin lupa warga Semarang dengan keadaan mereka sendiri, yang sebenarnya telah meradang pilu dengan nasib mereka sendiri.

Selama ini mereka terus saja memegang jidat mereka sendiri kala pagi, siang dan malam. Karena terpaan kenaikan harga semua barang kebutuhan keluarga. Belum lagi mereka harus meluansi SPP anak-anak mereka yang terlibat kegiatan sekolah, seperti ulangan tengah semester, try-out, ulangan semester dan UN. Apalagi bila rencana kenaikan BBM dan TDL 1 April nanti benar benar direalisir, akan seperti apa jadinya nasib mereka. Sebagian dari mereka malam ini mampu melupakan nasib mereka sendiri setelah mereka terkena PHK atau habisnya masa kontrak “out-sourching” di perusahaan tempat mereka mengadu nasib, meski sebagian dari mereka hanya tenaga cleaning service, satpam, debt collector atau tenaga kasar lainnya.

Kegaduham semakin menggila meski malam mulai larut, setelah sang penyanyi dangdut berteriak “ Tangan di atas, goyang sampai pagi ! ”, sementara gerimis bertambah kerap dan baju baju mereka mulai basah. Tidak perduli dia ABG, setengah tua, janda muda, ibu rumah tangga beranak empat bahkan laki laki lajang yang belum laku mendapatkan pasangan terus saja menggerakan pinggang dan kedua kaki mereka. Hingga fajarpun mulai mengintip lapangan Simpang Lima yang menjadi saksi perhelatan kontroversi itu.
***
Apa mau dikata, pentas boneka beirby barusan adalah sesuatu yang bukan milik mereka atau sesuatu yang berdiri bukan di pihak mereka. Setelah sang fajar benar-benar datang, merekapun hanya mampu tertunduk lesu dan segera pulang ke rumah mereka masing-masing yang kumuh terkenan banjir rob. Lantas pakah manusia negeri kahyangan itu
akan duduk di depan mereka dengan kedua matanya yang sembab lantaran prihatin pada mereka ?. Kini artis negeri kahyangan itupun telah siap-siap pulang ke rumahnya denhan menjinjing honor ratusan juta rupiah.

Padahal perhelatan itu bakal di lakukan juga di semua kota-kota besar diseluruh tanah air, yang sebagian masyarakatnya tidak jauh berbeda dengan warga Semarang. Hanya
juragan kaya saja yang membiayai perhelatan ini yang terus menghiasi wajahnya dengan senyum ceria dan lepas.Bagaimana dengan orang kecil yang terhipnotis oleh kepiawaian menghibur manusia negeri kahyangan. Mereka kinipun balkal bersiap untuk mengencangkan ikat pinggang mereka bersama keluarga mereka semua. Siapa suruh….???***

Jumat, 09 Maret 2012

Diantara BBM dan TDL


Jero Wacik Mentri Enerji dan Sumber Daya Mineral
Masyarakat Indonesia yang menurut beberapa pihak menyebutkan sebagai masyarakat yang sedang mengalami keterpurukan. Pengertian terpuruk juga bisa  diidentikan dengan masyarakat yang lapar, karena telah jatuh daya belinya, yang teriak karena harga kebutuhan bahan pokok yang cenderung naik terus, mengeluh dengan biaya pendidikan yang tinggi, kecewa dengan sistim hubungan Outsourching antara buruh dan majikan dan lagu lama yang kita telah kita dengar, yaitu   PHK sepihak yang dilakukan pengusaha terhadap buruhnya.

Kondisi yang pelik di atas, bersama kita harapkan untuk segera teurai dan tidak lagi menjadi benang kusut, yang mengusuti kondisi sosial masyarakat kita. Hal ini berarti bahwa segala kebijakan otoritas di negeri ini, adalah sesuatu yang cenderung menumbuhkan factor factor yang kondusif demi sembuhnya keterpurukan. Kebijakan angin segar bagi si kecil adalah sesuatu yang bersifat emergensi, bukan  lagi hanya “lip only” atau yang hanya sebuah kebijakan formalitas.

Namun apa yang kita hadapi justru sebuah kontradiksi sehubungan dengan kebijakan pemerintah menaikan harga BBM per 1 April 2012 sebesar Rp.1500/L untuk harga premium.
Rencana kebijakan tersebut telah disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik, di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu (3/3/2012). Selanjutnya Jero Wacik menyatakan, bahwa Kenaikan BBM merupakan pilihan yang harus ditempuh pemerintah. Terlebih, harga minyak dunia terus tertekan dengan krisis ekonomi yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat.

·         Dibarengi Kenaikan TDL

Kebijakan pemerintah yang terus menggeliat menepis angin kesejukan bagi rakyat kecil rupanya bukan hanya itu saja. Karena pemerintah berencana pula menaikan TDL sebesar 10 % secara bertahap dan tidak bersamaan dengan kenaikan BBM. Alasan pemerintah menaikan TDL tersebut, karena menghemat subsidi pemerintah sebesar 90 Triltun Rupiah/tahun.

Kita menjadi terperangah dengan kebijakan yang tidak kita mengerti, ibarat kita harus menyaksikan komedi putar yang sama sekali tidak menghibur hati kita yang sedang lapar.
Nampaklah kebijakan seperti ini hanya semata kebijakan fiscal yang terus menerus tidak pernah menemukan solusi yang tepat.Betapa tidak, kebijakan seperti ini tentunya bakal memancing naiknya semua harga kebutuhan hidup, pendidikan, transportasi di tengah pendapatan /gaji buruh yang lambat menyesuaikan bahkan tidak proporsional dengan kenaikan semua harga.  Sudah barang tentu kebijakan pemerintah tersebut akhirnya mendapat respon negative dari kelompok buruh dan mahasiswa.

·         Angka Kemiskinan yang Menjadi Taruhan

Meski pemerintah juga berencana memberikan BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat ) sebesar 9 Trilyun Rupian, yang diperoleh dari pemotongan 50 % anggaran perjalanan dinas. Namun kiat itupun tidak  menyelesaikan masalah karena masih tingginya angka kemiskinan dan pengangguran sebesar 11,5 % dan 6,5 %, dengan laju kenaikan ekonomi tahun 2012 yang merambat pada kisaran 4,5 % (menurut analisis IMF). Bila gambaran kasar jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 235 juta, maka jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah sebesar 25.850.000 jiwa. Sebesar apapun BLSM apalagi hanya bersifat sementara, maka salngatlah kecil peluang untuk mampu meredah angka kemiskinan, bila terjadi realisasi kenaikan harga BBM dan TDL.

Memang kita tidak menutup mata, bahwa pembelanjaan APBN untuk kebutuhan konsumsi masyarakat adalah beresiko terhadap fiscal suatu negara, seperti yang dinyatakan oleh  Gubernur BI Darmin Nasution bahwa , Indonesia dapat memetik pelajaran dari krisis Eropa dan AS yang berakar dari permasalahan yang sama yaitu kecenderungan untuk berutang secara berlebihan dalam membiayai konsumsi.
Untuk keperluan tersebut terkadang  utang menjadi jalan pintas sehingga terus membesar dan menjadi beban yang mengancam kesinambungan fiskal, pola konsumsi berjalan tidak seimbang dengan kemampuan produksi sektor riil.

Namun masalahnya akan berbeda bila aspek kenaikan BBM dan TDL diterapkan guna penyelamatan fiscal. Kita mengetahui besama bahwa BBM dan TDL adalah berperan strategis dalam kegiatan ekonomi dari hulu hingga hilir. Segala sesuatu tentang kedua unsure tersebut sangatlah berdampak luas, terutama bagi masyarakat kecil di Indonesia.Maka angka kemiskinan tak pelak lagi akan jatuh.

Dengan demkian rakyat kecilpun berharap bahwa pemerintah sebaiknya dengan taktis mengambil langkah alternative lainnya guna menyelematkan fiscal negara.

Rabu, 29 Februari 2012

Yang Muda Yang Miskin Kepedulian


Bagi Generasi ‘The Founding Father” bangsa dan negara ini, tentunya tidak mengenal Miranda Goeltom, Angelina Sondak, Gayus Tambunan dan Dhana Widiatmaka. Sebab beberapa nama tersebut di atas dalam blantika kehidupan bangsa dan negara ini, adalah termasuk generasi ‘The New Comer”. Beruntung sebagian besar Generasi The Founding Father tesebut tidak mengenyam pola kehidupan The New Comer tersebut di atas sebagai generasi penerus  yang eksis di era sekarang. Lantaran bila mereka menyaksikan sepak terjang perilaku mereka yang terdiferensiasi, tentunya mereka terus akan menyeka air mata. Karena sebuah keprihatin yang mendalam terus terselip di sanubari mereka.

Betapa tidak, untuk mengusung eksistensi Bangsa dan Negara Indonesia lengkap dengan kedaulatanya, tentunya memakan korban harta , air-mata atau nyawa mereka. Demi sebuah kehidupan anak cucu mereka yang merdeka dan bahagia. Telah lengkap sudah catatan sejarah tentang keberanian mereka dalam melawan setiap anasir yang berniat meluruhkan tekad berkehidupan sebagai Bangsa Indonesia.

Ataukah memang sudah menjadi kodrat sejarah, bahwa setiap kurun waktu akan lahir sebuah generasi yang bercirikan sesuai dengan jamanya masing-masing. Sebagai contoh, generasi Bangsa Indonesia yang hanya mengenal semangat nasionalisme lahir pada periode pertengah abad ke 20. Karena memang pada decade tersebut, terutama bangsa-bangsa di Asia Afrika mendapat pencerahan penuh tentang nasionalisme dari jamanya, yang distimulir perjuangan untuk merdeka melawan penjajah.

·         Era Berakhirnya PD II

Beberapa kurun waktu sesudahnya, bergeloralah jaman ekspansi ekonomi dari AS yang menapaki pertumbuhan ekonomi yang fantastis dengan capaian keunggulan iptek yang dipasarkan ke dunia timur. Demikian pula Jepang yang
bangkit setelah kekalahan mereka di PD II serta  Jerman yang bernasib sama dengan Jepang dan lain sebagainya. Saat itu mulailah lahir generasi yang berlomba mengusung iptek demi kenyamanan hidup manusia. Meskipun sebagian genarasi tersebut hidup di banyak negara tiran, yang belum mengenal demokrasi, transparansi dan supremasi hukum.

Dalam dinamika kehidupan di sebagian negara  di muka bumi ini, ekspansi dan kemajuan iptek sebagai kiat untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia, mampu selaras dengan wajah baru kehidupan politik  dengan mengedepankan aspek demokrasi dalam sistim politik negara mereka. Semangat nasionalisme dan kepedulian terhadap warga lainya di manifestasikan melalui saluran politik yang berujud partai.

·         Kepedulian yang Tak Mengenal Akhir
Berkat kemajuan iptek yang luar biasa di millennium ke-2 beberapa waktu silam, manusia mampu menghandling sebagian faktor kendala yang merintangi eksistensinya. Sehingga meledaklah pertambahan jumlah penduduk dunia yang tak mampu dihindari, yang ironisnya telah menurunkan daya dukung sumber daya alami yang semakin terpuruk. Sehigga tetap saja manusia menghadapi masa krisis terutama dalam pemenuhan enerji, kepemilikan lahan, moneter, laju pertumbuhan ekonomi, mahalnya biaya pendidikan dan lain sebagainya

Sebuah kepedulian yang terintegrasi dan totalitas dari kita semuapun tak kalah kualitasnya dibanding dengan berjuang jiwa raga demi merdekanya sebuah bangsa.

Namun apa mau dikata, jika yang terjadi hanyalah generasi “New Comer” di negara kita yang hanya menggeliat demi pemenuhan kebutuhan pribadinya dengan laku curang seperti korupsi dan lain sebagainya. Padahal kompleksitas hidup warga masyarakat negara kita semakin bertambah, yang justru membutuhkan petinggi, tokoh negara, komunitas intelektual yang berintegrasi dengan kompleksitas ini. Bahkan mereka sudah tidak mengenal rasa hormat pada dirinya sendiri, tak
mengenal kepedulian terhadap sesama Masyarakat Indonesia yang terus merosot daya belinya.Kepedulian bagi saudara kita yang menjadi petinggi dan penentu kebijakan serta cermat dalam meng-up load aspirasi masyarakat Indonesia adalah mutlak harus menjadi pilihan utama dalam mendharma baktikan mereka. Bukanya malah memberi pembelajaan sosial  yang tak terpuji.

Namun kitapun tidak terus larut dalam keprihatinan atas derasnya perilaku curang petinggi kita yang tiada henti. Kita masih menantikan adanya tindakan hukum yang tegas, adil dan transparan, guna merancang bangun optimisme masyarakat kita untuk pembangunan berkesinambungan di masa mendatang.