Jumat, 11 Februari 2011

Metamorfosis Bangsa Indonesia

Sumber Edy CT IPB 2001Sumber : Edy CT IPB 2001

Metamorfosis sebenarnya adalah istilah dalam Biologi yang berarti perubahan fase dalam siklus reproduksi/hidup suatu individu hewan. Sepanjang proses metamofosis tersebut, setian perubahan dari fase satu ke fase lainnya, hewan mengalami perubahan totalitas fenotipnya (karakter fisiknya), contoh perubahan fase ulat, kepompong an berlanjut ke kupu kupu. Dari ketiga fenotip tersebut, jelas antara satu fase dengan lainnya, terdapat perubahan signifikan. Sehingga individu yang menempati awal proses metamorfosis memiliki identifikasi biologis yang berbeda dengan individu di akhir proses metamorfosis.

Apabila dalam sebuah Negara berdaulat seperti Negara Indonesia yang kita cintai ini telah lahir sebuah generasi yang berciri telah mengidap dekadensi moral yang demikian ekstrim lantaran berbagai factor penentu yang memusari, seperti tuntutat hedonisme, hilangnya nasionalisme yang menjadi modal utama para pendiri Negara ini, nonkompromitas terhadap nilai dan norma social dari masyarakat stratifikasi bawah hingga ke atas. Maka tentu saja bisa kita analogikan dengan lahirnya perubahan jati diri generasi tersebut terhadap generasi pendahulunya.

Rasa getir dalam dada kita pasti timbul bila kita mengamati karakter yang menerpa anak bangsa generasi sekarang, yang sama sekali berbeda dengan karakter komunitas “The Founding Fathers”, yang nota bene adalah generasi yang mengorbankan apa saja, bahkan nyawa mereka demi berdirinya Negara yag berdaulat, berkeadilan dan adil serta makmur.Meski sudah tak terbilang lagi berapa media, petinggi serta tokoh masyarakat yang membahas masalah ini. Namun lantaran tidak adanya upaya penyembuhan deviant ini yang konkrit, tajam serta akurat. Maka gagasan dan upaya pencerahan terhadap penaganan inipun harus terus dilakukan, demi anak cucu kita agar mereka kebagian kekayaan sumber daya alam bumi nusantara ini, kebagian devisa, kebagian jati diri yang santun, ramah dan terbuka.


Ketidakmampuan mengakomodasi akar permasalahan yang sebenarnya dari para pengembil kebijakan masalah deviant anak bangsa menuju cirri karakter yang kita tidak pernah tahu sebelumnya, jelaslah menambah sarat bangsa ini dalam menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, maka tindakan brutal masyarakat kita telah menggema di setiap lini kehidupan. Ditambah lagi budaya korupsi derngan moralitas yang tak tahu malu ini masih saja terjadi dari tahun ketahun diseantero bumi nusantara ini.

Budaya korupsi para petinggi inilah yang kita jadikan prioritas utama penyebab ancaman runtuhnya kejayaan Bumi Pertiwi. Apabila hal ini terus saja menggema maka rapuhlah pilar penyangga eksistensi sekaligus jati diri bangsa. Pilar yang dimaksud di atas adalah Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan Sumpah Pemuda. Fenomena tersebut bisa kita analogikan dengan rapuhnya pilar yang kokoh akibat ulah rayap.
Rayap adalah serangga sosial anggota bangsa Isoptera yang dikenal luas sebagai hama penting kehidupan manusia. Rayap bersarang di dan memakan kayu perabotan atau kerangka rumah sehingga menimbulkan banyak kerugian secara ekonomi. Rayap masih berkerabat dengan semut, yang juga serangga sosial. Dalam bahasa Inggris, rayap disebut juga "semut putih" (white ant) karena kemiripan perilakunya. Dalam koloni, rayap tidak memiliki sayap. Namun demikian, beberapa rayap dapat mencapai bentuk bersayap yang akan keluar dari sarangnya secara berbondong-bondong pada awal musim penghujan (sehingga seringkali menjadi pertanda perubahan ke musim penghujan) di petang hari dan beterbangan mendekati cahaya. Bentuk ini dikenal sebagai laron atau anai-anai. (Wikipedia, 2011).

Selanjutnya menurut Rudy C Tarumingkeng, PSIH IPB (2001), masyarakat umum juga sudah memaklumi bahwa rayap adalah serangga yang merugikan karena merusak (makan) kayu. Ini tergambar dalam pepata lama : "bak kayu dimakan rayap" yang mengungkapkan kehancuran, kelemahan atau deteriorasi. Sebagai serangga sosial rayap hidup dalam masyarakat yang disebut koloni. Karena di dalam koloninya terdapat bahan-bahan dan proses-proses yang dapat menjamin kelanjutan hidupnya. Ibarat seorang penderita penyakit yang seumur hidupnya mutlak memerlukan sejenis obat yang selalu ditelannya pada saat-saat tertentu, dan jika diumpamakan bahwa obat itu tak dapat dibawanya ke mana-mana, hanya dapat disimpan di rumahnya.

Dari hewan yang tak bersayap hingga memiliki sayap adalah metamorfosis yang dialami rayap, demikian juga perilaku yang bergesar signifikan yang diusung oleh anak bangsa menjadi perilaku yang mengalami mutasi, adalah suatu perjalanan berkehidupan dan berbangsa layaknya metamorfosis yang dialami anak bangsa kita. Mereka oknum pejabat dan strata grassroot yang anarkis, adalah mereka yang berkoloni untuk melakukan tindakan tak terpuji. Bagi oknum koruptorpun cenderung hidup bermegah-megahan (hedonisma) mirip rayap yang bersayap beterbangan kesana kemari di sekitar lampu terang benderang. Contoh nyata dari fenomena di atas adalah sikap Gayus dan pusaranya, Miranda Goeltom, Hary Sabarno, Bachtiar Hamzam serta oknum lainya yang berkoloni membentuk barisan dengan taring tajam menggrogoti keuangan Negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar