Petugas yang
berwajib di Perancis menyatakan bahwa mereka telah mendeportasi 2 Muslim Garis
Keras dan lebih dari 3 lainnya telah ditahan, menyusul terror yang dilakukan
akhir Bulan Maret silam ketika mereka membunuh 7 warga di Kota Toulouse.
Kekacauan tersebut dipimpin oleh Mohamed Merah .
Pernyataan ini diperkuat oleh
Menteri Dalam Negri yang menyatakan 2 orang telah dikembalikan ke Aljazair dan
Mali dan tiga lainnya ditahan. Hari Jumat (30/3) silam polisi setempat telah
menahan 19 Islam Militan yang terlibat dalam kerusuhan.
Badan intelegen setempat/ The
domestic intelligence agency (DCRI) juga berhasil menyita sejumlah senjata
dalam kerusuhan yang terjadi di Toulouse dan sejumlah kota lainnya.
Mentri Dalam Negeri/ French
Interior Minister Claude Gueant memberikan pernyataan, bahwa dua orang yang
dideportasi adalah Imam dari Mali yang anti-Semitism dan menganjurkan jamaahnya
untuk mengenakan cadar (full face veil), yang di Perancis dianggap sebagai
kegiatan illegal. Sementara itu Ali
Belhadad, warga Ajazair terlebih dahulu masuk penjara, karena keterlibatanya di
kerusuhan tahun 1994 di Kota Marrakech.
Waspada
"Kita tidak menerima Islam
Garis Keras (Islamic extremism). Sebenarnya ini bukan kebijakan baru kali ini,
tetapi setelah kejadian yang berlangsung di Toulouse dan Montauban kita harus lebih waspada
ketimbang sebelumnya.” Demikian pernyataan Mr Gueant di France's BFM TV.
President Nicolas Sarkozy, telah
berbicara dalam kampanye kelilingnya di Kota Nancy, bahwa dia telah menerima kabar tersebut.
Selanjutnya Sarkozy mengatakan "Semua
yang bertentangan dengan nilai dasar republic ini maka harus keluar dari
wilayah Perancis. Tidak ada kekecualian untuk itu”