Senin, 04 April 2011

Fukushima, Nasibmu Kini


Sebuah kisah tersendiri, yang tidak lagi mengungkap radioaktifitas setelah Fukushima dilahap gempa, yaitu kegiatan para pekerja Fukushima, yang terletak di Tenggara Jepang. Salah satu pekerja itu, berumur 31 tahun dan tidak mau disebut namanya. Pekerja itu bertugas untuk mengoperasionalkan turbin milik Tepco di reaktro no. 5, saat gempa menerkamnya dia sedang melakukan tugas rutin untuk mengecek turbin.

Turbin yang berukuran raksasa, yang tepat di atas kepala dia tiba tiba bergoyang, selama kurang lebih 3 menit disusul kemudian matinya arus listrik. Lantaran goyangan gempa sangat terasa kuat.

Hal pertama yang dilakukan oleh p[ekerja itu, adalah memanggil semua rekansatu groupnya untuk mengecek keselamtannya. Hingga kini dia berpendirian dalam hal ini, tidak ada satu pihakpun bisa dipersalahkan, termasuk pihak Tepco. Yang harus dikerjakan sekarang adalah meminimalkan dampak kerusakan reactor.

Belum selesai dia mengecek semua teman temanya, bumi kembali berguncang lagi.
Setelah semua aman, para pekerja termasuk dia diberi ijin untuk pulang ke rumah bertemu keluarga mereka. Pekerja tersebut dengan terburu buru langsung menghidupkan mesin mobilnya dan melaju sekencang mungkin, karena mendengar bahaya peringatan tsunami di TV 20 menit setelah gempa.

Namun demikian segala sesuatu memang terjadi tanpa diduga sebelumnya. Termasuk dugaan adanya kerusakan pada reactor.


Radiasi

Semua pekerja di reactor tersebut telah dilath secara professional untuk menangani reactor, yang dibuat sekitar tahun 1970, sehingga termasuk perlengkapan yang sudah tua. Meskipun demikian dia tidak menyangka bahwa reactor tersebut, mampu menyebnabkan dampak yang separah ini. Hingga warga yang beradius 20 km harus dievakuasi.

Jika penyebab utamanya hanya gempa, maka kerusakan tidak separah ini. Namun karena adanya tsunami maka kerusakan menjadi parah karena sistim emergency telah rusak.
Menurutnya, radiasi yang timbul dapat mengganggu kesehatan manusia dan dia menginstruksikan semua yang dia kenal untuk lari sejauh mungkin. Namun diapun segera kembali ke reactor untuk bertugas sebagaimana mestinya.
Polusi Yang Membahayakan

Pulusi radioaktif yang timbul menurutnya sangat beresiko terhadap kesehatan, apalagi bagi pekerja di Fukushima. Oleh karena itu, hanya karyawan Tepco saja yang diperbolehkan untuk membenahi di dalam reactor. Dan dikabarkan bahwa, perubahan yang kritis telah berlangsung hari demi hari.

Oleh karena itu, meski dia berniat kembali ke reactor, namun dia tidak mengijinkan pekerja lain untuk masuk dalam pembangkit tersebut. Dia kini sedang berjuang dengan rekan rekanya, untuk meminimaliskan dampak kerusakan reactor.
Pekerja itu kini bersama temanya tinggal di Chiba, yang berada di luar radius 20 km, namun rumah pekerja itu berjarak 3 km. Akankah pekerja itu kembali ke rumahnya ?. Tempa dia memiliki kenangan manis bersama keluarganya

1April 2011-Pondok Sastra HASTI Semarang

Kamis, 31 Maret 2011

Kelak Semua Bisa Piknik Ke Antariksa



Di Tengah Gurun Mojave, ratusan km sebelah utara Los Angeles, para tehnisi mesin telah merancang sebuah pesawat yang dapat membawa wisatawan ke angkasa dan terbuka untuk umum. Publik menyambutnya dan menyebutnya impian telah diambang kenyataan ( a little bit closer).
Pesawat yang bakal membawa wisatawan ke angkasa diberi nama Virgin Galactic spaceship. Badan usaha yang mendanai proyek ini, memastikan bebrapa tahun lagi pesawat itu siap dioperasikan.
Sementara ini baru wartawan dari BBC News yang diberi kesempatan untuk meliput kegiatan mereka. Dengan jelas pesawat tersebut bakal siap dioperasikan dan hanya untuk 6 penumpang setiap perjalanan wisata.
Pesawat tersebut dilengkapi dengan jendela sepanjang badanya termasuk juga sebagian di atap pesawat. Jendela tersebut sengaja dirancang agar wisatawan dapat melihat langit biru dari bumi dan hitamnya ruang angkasa.
Peasawat tersebut mampu membawa wisatawan hingga mencapai ketinggian 360,000 kaki atau 120.000 km. Pada ketinggian ini wisatawan dapat melihat lengkungan bumi dan tebalnya atmosfer.

Namun demikian sebuah tantangan yang besar bakal mereka temui, yaitu penerbangan semacam ini bukan penerbangan dengan pesawat biasa. Sehingga program latihan sang pilotpun sangat ketat, untuk menghindari kesalahan yang fatal. Nampaknya pesawat ini akan menjadi pesawat untuk tujuan koemersil menuju antariksa, sesuatu yang sangat menyenangkan bagi yang mampu. Oleh karena itu sebelum terbang astronot/wisatawan yang bakal gabung dilakukan tes mental dan fisik di terminal selama 3 hari sebelumnya.

Kecepatan 2,500 mil per/jam

Kecepatan di atas adalah kecepatan yang berada di atas kecepatan rata rata pesawat terbang pada ketinggian 110 km. Dan pada ketinggian 50.000 kaki pesawat akan kehilangan udara, sehingga dengan mesin roket pesawat harus memiliki percepatan hingga 2500 mil/jam agar mampu meninggalkan atmosfer dalam waktu kurang dari 1 menit.
Virgin mengakui bahwa perjalanan ke ruang angkasa adalah kegiatan minim emisi karbon dibanding dengan penerbangan menyebrangi Atlantik. Pesawat ini sangat hemat bahan bakar karena terbuat dari karbom murni sehingga sangat kuat dan ringan.
Dalam lima puluih tahun silam baru sebanyak kurang dari 500 manusia mengunjungi angkasa luar. Namun beberapa tahun lagi mungkin ribuan manusia bisa nerkunjung ke angkasa luar.
Setelah sampai di angkasa luar, pesawat akan melipat sayapnya sehingga akan menjadi stabil. Biaya ticket per wisata sebesar £125,000 ($200,000) dan 400 wisatawan telah memesannya.
BBC News 30 Maret 2011-Pondok Sastra HASTI Semarang

Urbanisasi dan Perubahan Iklim

Dewasa ini kota besar yang menjadi kawasan Urban telah bekembang menjadi area tempat bergelut/ berjuang melawa perubahan cuaca (climate change), kondisi semacam ini secara dini telah diperingatkan oleh PBB. Peringatan tersebut memang beralasan, karena kota kota besar di dunia adalah 70 % penyebab emisi gas. Apalagi kehidupan kota besar terebut hanya menempati 2 % dari planet bumi.
Para pemerhati lingkungan hidup menyimpulkan fenomena di atas sebagai benturan antara perubahan iklim dengan urbanisasi, jika tidak ada upaya yang nyata di masa depan.
“The Global Report on Human Settlements 2011, Cities and Climate Change: Policy Directions”,menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut perlu disosialisakan teori/ilmu/pengetahuan tentang bagaimana sebuah kota besar berperan dalam menanggulangi dampak perubahan cuaca.
Joan Clos, Executive Director PBB Tentang Pemukiman (UN-Habitat), mengatakan bahwa urbanisasi global sudah dalam taraf yang mengkhatirkan dalam hal emisi gas. Telah lama kami mengamati pertumbuhan urbanisasi yang sudah mencapai lebih dari 50 % jumlah penduduk dunia.
Dan selama ini tidak ada tanda tanda terjadi penurunan, padahal konsumsi energi utnuk urbanisasi tergolong sangat tinggi. Badan PBB tersebut telah memprediksi bahwa urbanisasi pada tahun 2030 akan encapai 59 % dari penduduk dunia.
Setiap tahun penduduk yang tinggal di kota akan bertambah 67 juta jiwa dan 91 % diantaranya terjadi di Negara berkembang.Alasan utama mengapa di kawasan urban sangat konsumtif terhadap energi, badan dunia PBB menjawabnya karena pertambahan transportasi, mesin pemanas dan pendingin rumah tanggaa dan aktifitas ekonomi lainnya.
Laporan lainnya dari badan dunia PBB tentang kota kota besar sebagai tempat aktifitas urban yang hidup di dalamnya dan menjadi penyebab “climate change”, maka kota tersebut sudah barang tentu menghadapi konsekuensi yang pelik, karena :
• Urbananisasi yang tinggi menjadi penyebab meningkatnya fenomena gelombang panas di seluruh permukaan bumi.
• Meningkatnya hujan badai di seluruh dunia
• Banyak kejadian kekeringan.
• Meningkatnya permukaan laut di seluruh bumi.
Setelah melakukan pengamaatan diketahui bahwa Southern Africa adalah daerah yang paling parah terkena dampak perubahan iklim,.Dengan adanya perubahan iklim ini maka manusia akan semakin sulit memenuhi kebutuhan hidup pokok. Hal ini dikarenakan semakin sulit manusia medapatkan sup;ai air bersih, gangguan infrastruktur, transportasi, ekosistim, sembako dan pelayanan social.
BBC News, 31 Maret 2011-Pondok Sastra HASTI Semarang