Tampilkan postingan dengan label OPINI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label OPINI. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 Oktober 2012

Dunia On Line


Kita tak mungkn lagi menjadi generasi yang melipatkan kedua tangan kita, apalagi melangkah surut ke belakang, dalam menyongsong  sematan bangsa yang “melek teknologi” di berbagai bidang. Salah satu kriteria menjadi generasi yang sigap menghadapi kemajuan tersebut, adalah generasi yang bergelut dengan serat optik,menjelajah dunia maya dalam koridor internet yang banyak disajikan dalam bentuk jejaring sosial, facebook, twitter dan masih banyak contoh lainnya. Dengan capaian kemajuan teknologi tersebut, bukan tidak mungkin, sebuah generasi mampu mendapatkan informasi apa saja, dari sumber mana saja serta kapan saja informasi tersebut dapat langsung dinukilkan meski hanya dari dalam kamar kos kosan seorang mahasiswa.

Lantas aspek apa yang dapat direngkuh oleh generasi muda dewasa ini, baik aspek berdampak positif  atau bahkan aspek berdampak negatif. Kedua spek dampak hadirnya dunia maya tersebut, bersama sama memeusari setiap sendi kehidupan para peserta didik kita mulai dari SD hingga bangku perguruan tinggi.
Namun kita tidak bisa memungkiri, dampak yang mampu  lebih menginternalisasi sebuah pembelajaran dengan menggunakan jasa sebuah dunia maya,mulai dari  aspek penggalian bahan ajar secara mandiri oleh peserta didik, dalam ranah bahan ajar apa saja, bahkan dalam aspek informasi dua arah antara pendidik/dosen dengan anak asuhanya. Dengan komnukasi dua arah yang familiar, supel, tawar dan enjoying, kesan pendidik/dosen di mata peserta didik/mahasiswa tidak seangker peran mereka pada masa pendidikan di jaman orde baru. Hal ini tentu sangat menguntungkan sebuah misi pembelajaran, karena misi ini hanya mungkin dicapai secara akademis bila hubungan antara pendidik dengan peserta didik adalah hubungan antara seorang fasilitaor bahan ajar dengan peserta asuhnya.

·         Sikap yang Perlu Dikedepankan

Sebelum kita mengusung sikap sigap terhadap menjalarnya aplikasi  dunia maya yang menantang kita, terlebih dahulu benahi diri kita semua dengan sikap jujur, tanggung jawab,mandiri dan inovatif. Sebab aktif dalam pembelajaran dengan bantuan dunia maya,adalah identik dengan sikap kemandirian seorang pelajar/mahasiswa dan atau keleluasaan kita dalam mengais informasi dari berbagai sumber. Sehingga apabila kita tidak mengedapankan  sikap mental posotop, maka tidakmenutup kemungkinan terjadi banyak pencurangan plagiat tergadap naskah/makalah ilmiah dari nara sumber lain.

Sistim dunia maya memang memiliki berbagai kelonggaran bagi siapa saja yang berniat mencuri sebuah informasi melalui sistim ini. Hal ini disebabkan perangkat yang mengawal sebuah tindak kejujuran di kemasan dunia maya, adalah tidak setajam dan seteliti sistim lainnya. Faktor penyebab  lain yang sikut memfaktori sebuah tindak kecurangan yang dominan, adalah karakter dasar bangsa kita yang sedang mengalami distorsi. Bukankah tindak kecurangan terhadap apa saja, telah menjadi berita harian di berbagai media. Khususnya tindak korupsi dari oknum petinggi kita serta tindak amoralitas lainnya yang dilakukan setiap lapisan masyarakat kita.

Sikap sikap negatip yang terkesan telah mendarah daging ini, tentunya akan menjadi penghalang dalam hal memajukan sistim/mekanisme perniagaan yang dilakukan dengan dunia maya. Betapa tidak, perniagaan melalui media on-line sangatlah mutlak memerlukan sebah kejujuran dari pihak yang terlibat dalam perniagaan tersebut. Maka tidak heran, apabila kita sering mendengar adanya keluhan dari pihak yang dirugikan akibat perniagaan dengan sistim ini. Lantas bagaimana kita mengatasi kompleksitas permasalahan amoralitas di negeri ini ?.

·         Pembelajaran Karakter dan Tekad Bersama

Pembelajaran karakter yang diusung di satuan pendidikan berbagai jenjang pendidikan  tidaklah serta merta mmpu menuai hasil dalam waktu satu dua tahun ke depan. Meski pembelajaran ini dikemas dalam kurikulum yang representatif. Apalagi kita semua telah disodori tindakan dari oknum oknum saudara kita yang melakukan kecurangan yang membudaya selama beberapa dasa warsa, terutama di asa orde baru. Namun paling tidak  upaya menepis kebrutalan kecurangan di dunia maya, mampu diredam dengan resep mendasar tersebut.

Sebuah tekad bersama untuk bertindak jujur dan bertanggung jawab dalam berkomunikasi / belajar/menggali informasi dari dunia maya menjadi harga mati bagi para browser/facebooker atau lainnya, meski cara ini bakal dihadapkan dengan kendala yang rumit, karena sikap ini telah menjadi nilai dasar setiap insan manusia. Karena tanpa ini, maka tindak amoralitas bakal terus mengoyak perniagaan/komunikasi dan lainnya melalui media on line. Naumun secercah harapan akan timbul di benak kita,apabila tekad bersama ini selalu dikawal dengan supremasi hukum yang profesiona dan proporsional. ***



Sabtu, 26 Mei 2012

Korupsi


Kita tidak mampu membayangkan lagi berapa korban jiwa, harta dan air mata guna eksistensi Merah Putih di Bumi Pertiwi ini, sejak merah putih menjadi salah satu simbol kenegaraan kita. Kegagahannya hingga kini masih tertoreh di sejarah berlangsungnya kehidupan bangsa ini. Namun kejernihan warna merah dan putihnya telah dilusuhi segenap anak bangsa yang telah kehilangan moralitasnya.
           
Yang lebih memprihatinkan tentang realitas di atas, adalah hilangnya moralitas pada oknum pejabat/ pemimpin/tokoh  nasional yang telah membumikan budaya malu  yang seharusnya justru dikedepankan. Padahal modal moralitas malu tersebut, sebenarnya suatu instrument yang mampu dijadikan senjata tajam demi membela nasib si kecil yang sedang terhimpit hidupnya. Padahal  performan moralitas ini telah berlangsung hampir setengah abad. Salah satu indikator sosial yang mampu dijadikan potret sosial terhadap distorsi nilai luhur bangsa kita seperti di atas, adalah realitas tendensius adanya perilaku anarkis dari masyarakat, bila mereka harus membela kebutuhan hak hajat hidup mereka yang dilakukan dengan cara anarkis, entah itu upaya penuntutan hak mereka yang telah diambil paksaoleh pihak tertentu atau bila mereka merasa terbebani dengan adanya kebijakan pemerintah yang kontroversi, misalnya kenaikan BBM pada beberapa bulan silam.

  • Korupsi

Hampir di setiap lini kehidupan anak bangsa ini selalu direbaki korupsi,  yang terbentang dari orde ke orde, rezim ke rezim pemerintahan. Hingga dari mulai Gayus hingga Angelina Sondakh dan oknum petinggi Partai Demokrat lainnya. Nampaknya korupsi adalah way of life anak bangsa, yang justru bermentalitas mengedepankan kekayaan pribadinya ketimbang mewujudkan amanha rakyat kecil yang berada di pundaknya. Ataukah amanah ini telah tidak lagi menjadi tugas utama seorang petinggi yang dipilih rakyat, yang hanya dijadikan sebuah “lagu kuno” yang tidak up to date lagi. Tebukti selama ini perilaku korupsi menjadi perilaku yang menjadi trade mark para oknum petinggi.

Wacana demi wacana mampu  kita peroleh dari multi media tentang korupsi hampir tiap hari, rating berta inipun telah menurun dibandingkan dengan laporan telisik kehidupan selebritis. Hal ini dikarenakan kita sudah bosan mendengar tentang tindakan korupsi ini. Namun hingga kini suatu langkah yang stategis dan ambisius untuk menepisnya tidak tampak sama sekali. Karena memberangus suatu distorsi nilai luhur yang sudah membudaya, tidak cukup hanya dari aspek yuridis saja. Tetap harus mengikis benih korupsi yang telah bergayut di akar hidup secara kokoh, sehingga penanganan korupsi inipun harus mampu memberlangsungkan tindakan dari upaya penjernihan akar  akar hidup bangsa kita, dengan merekonstruksikan nial nilai luhur yang telah terkubur jauh di dalam bumi kita.

Bukan hanya diera reformasi sekarang saja pendoliman uang negara semacam ini berlangsung, Tetapi sudah sejak jaman Orde Lama Tahun  1951 – 1956, wartawan  Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar. mengendus sebuah tindak korupsi yang dilakukan Ruslan Abdulgani (Menteri Luar Negeri era PM Ali Sastroamidjojo). Pemberitaan dugaan korupsi Ruslan Abdulgani menyebabkan sebuah koran yang mengeksposenya  kemudian di bredel. Pendoliman yang dilakukan sang menlu itu, adalah berdasarkan pengakuan Lie Hok Thay yang memberikan satu setengah juta rupiah kepada Ruslan Abdulgani, untuk mendapatkan tender  ongkos cetak kartu suara pemilu. Kasus tersebut disemat sebagai Kasus14 Agustus 1956.
           
Tindak pidana korupsipun tak luput dilakukan oleh negarawan besar  pendiri Orde Baru. Kita akui bersama bahwa kala itu Soeharto berhasil  melakukan perubahan besar pada beberapa sektor, seperti  pendidikan, keluarga berencana, kesehatan , keamanan dan stabilitas politik,  keutuhan wilayah Indonesia.

Selama negarawan yang piawai ini menanamkan rezimnya terdapatnya kebocoran anggaran negara sebesar 30 % , sebagai akibat budaya korupsi yang  diidap  oknum mpejabat negara dari bawah hingga pusat, menyebabkan kian terperosoknya  Indonesia  dalam badai krisis dan Soehartolah yang  pertama kali dituding sebagai penyebab kehancuran ekonomi Indonesia.. Sehingga  pada Tahun 1977  terjadilah gelombang demo besar – besaran yang menuntut pengunduran diri Soeharto.  Termasuk tuntutat Soeharto atas tuduhan korupsi selama 30 tahun, melalui yayasan – yayasan yang didirikan keluarga Soeharto.

Hasil penyidikan kasus tujuh yayasan Soeharto menghasilkan berkas setebal 2.000-an halaman. Berkas ini berisi hasil pemeriksaan 134 saksi fakta dan 9 saksi ahli, berikut ratusan dokumen otentik hasil penyitaan dua tim yang pernah dibentuk Kejaksaan Agung, sejak tahun 1999. Menurut Transparency International, Soeharto menggelapkan uang dengan jumlah terbanyak dibandingkan pemimpin dunia lain dalam sejarah dengan perkiraan 15–35 miliar dolar A.S. selama 32 tahun masa pemerintahannya.

  • Jangan Menengok ke Belakang

Demikian mudah dan enjoynya para koruptor di negeri ini terus saja membahana di persada ini. Mereka sama sekal tidak terbebani dengan berbagai dimensi nilai norma.  Hal ini diharapkan mampu menyadarkan kita bersama bahwa internalisasi sikap anti korupsi atau menganggap korupsi adalah perilaku berdosa kepada Tuhan yang Maha Kuasa atau dosa terhadap nilai luhur telah gagal. Karena secara dini kita telah gagal melengkapkan pada hati nurani mereka.
Sudah sepantasnya dan seharusnya kita bersama mengambil langkah sigap, taktis, transparans dan penuh dengan supremasi hukum untuk memberangus korupsi, bukan dengan meratifikasi regulasi yang baru tentang anti korupsi. Tetapi kita perlu menstimultankan pembentukan karakter anti korupsi sejak dini, dengan mengoptimalkan fungsi edukasi yang mampu berakibat timbulnya perasaana anti korupsi sejak anak anak kita duduk di bangku sekolah dasar hingga sekolah lanjutan atau hingga perguruan tinggi ***

Rabu, 11 April 2012

Rambu Rambu untuk SBY


Jalan berliku nampaknya memang harus ditempuh Prsiden SBY untuk merampungkan masa jabatanya hingga 2014 nanti. Tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh Presiden SBY berkisar pada konflik internal kendaraan partainya sendiri, dalam hal ini adalah Partai Demokrat ataupun bersumber pada kebijakan pemerintahanya yang mendapat reaksi keras dari publik  atau bahkan perilaku pribadi krew  tertentu yang dinahkodai dirinya yang tidak mendapat simpatik luas dari masyarakat.

·         Bercermin padaBulog Gate

Dampak dari kekisruhan yang mendera Presiden SBY dan seputarnya bisa saja membawanya ke dalam kondisi seperti yang dialami Gus Dur pada tahun 2001 karena tiupan angin Bulog Gate I yang begitu kencang menerpanya, yang membawanya terjungkal dari kursi kepresidenanya. Meski hingga sekarang bukti keterlibatan langsung dirinya dengan pembelanjaan non  bujeter senilai 40 Milyar Rupiah tidak/belum terbukti. Namun jatuhnya Gus Dur cukup memuaskan pihak pihak yang menjadi musuh politiknya, sehingga cukuplah sudah kasus Bulog Gate I usuai sudah.

Oleh karena itu tidak ada maneuver politik/kebijakan  Presiden SBY kecuali dikedepankan dengan penuh kehati-hatian. Bukankah kasus Nazarudin, Angelina Sondakh dan Anas Urbaningrum yang terbukti atau masih diduga  terlibat korupsi Wisma Atlet Sea Game Palembang masih merebak memenuhi  media tanah air. Dalam hal ini tentunya SBY harus legowo untuk kehilangan mereka dan menonaktifkan figure figure di tubuh partainya yang tersenggol kasus itu demi meraih kembali nama baiknya atau mempertahankan berkibarnya bendera Partai Demokrat yang mulai tertunduk lesu. Apabila SBY terus saja membiarkan terkikisnya kepercayaan publik, maka kejatuhan dirinya hanya menunggu waktu saja.

·         Perpecahan di Setgab Koalisi

Apalagi dengan terjadinya keretakan di tubuh setgab koalisi yang dibangun Pesiden SBY dengan  dikucilkanya PKS setgan tersebut, hanya karena persoalan menolaknya partai itu terhadap kebijakan kenaikan BBM, awal April silam. Indikasi pengucilan tersebut nampak pada partai yang dipimpin Luthfi Hasan Ishaaq tersebut tak diundang dalam rapat anggota Setgab di kediaman politikus Demokrat, Syarif Hassan, Selasa 10 April 2012.  Rapat tersebut beragenda pembahasan  RUU Pemilu tentang perubahan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008.

Langkah Presiden SBY tersebut adalah sama dengan langkah pengebirian dirinya secara perlahan bukan hanya untuk mengusung simpatik rakyat tetapi juga untuk kebijakan  kontroversial lainnya selain BBM di masa mendatang, yang sudah jelas akan menjegal dirinya atau lebih jauh lagi akan mengurangi kekuatan politiknya atau penerusnya di pemilu 2014. Dengan alasan tersebut maka kita bisa mengkaji bahwa langkah Presiden SBY adalah langkah yang gegabah. Alasan tersbut cukup masuk akal, karena harga BBM adalah milik semua Rakyat Indonesia. Sehingga apabila PKS menolak rencana kenaikan tersebut, maka bukan berarti PKS mengkhanati kontrak politik antar pendukung SBY.

·         Tindakan Tak Terpuji Sang Wakil Mentri

Tidak tanggung tanggung sebuah tindakan tak terpuji telah dilakukan petinggi negeri ini, saat Prof Deny Indrayana Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia serta pernah mejabat Staf Khusus Presiden Bidang Hukum dan ,  karena kesalnya saat sidak ke LP Pakan Baru, Selasa 3 April 2012 telah dikabarkan media tega menampar anggota sipir LP tersebut. Karuan saja tindakan tersebut mendapat respon tidak terimanya semua anggota sipir LP se Indonesia terhadap perlakuan tak terpuji tersebut.

Padahal sang wakil menteri tersebut adalah seorang ahli hukum dengan seabreg prestasinya, sangatlah tidak pantas berbuat seperti itu. Opini publikpun merebak dan mengkaitkan penganayaan tersebut dengan nama besar Presiden SBY. Hal ini tentunya menambah kisruh lagi perihal mentalitas petinggi di lingkungan Presiden SBY. Akankah SBY member sangsi moral kepada anggota kabinetnya yang mata gelap ini ataukah hanya membiarkan begitu saja sama seperti petinggi lainnya yang berlindung di jabatanya itu.

·         Mr.Cleaner

Disela penantian rakyat akan realisasi kenaikan harga BBM yang sempat tertunda, sudah semstinya Presiden SBY memainkan perananya sebagai “Mr Cleaner” terhadap semua krew yang membantunya agar mampu melegakan hati publik dan menapak kebikajan pemerintahanya dengan ekstra hati-hati. Bukankah gejolak demo menentang kebijakan dia dalam rencana menaikan harga BBM demikian crusialnya, yang semestinya mampu dijadikan cermin demi keberhasilan kepimimpinanya***

Jumat, 09 Maret 2012

Diantara BBM dan TDL


Jero Wacik Mentri Enerji dan Sumber Daya Mineral
Masyarakat Indonesia yang menurut beberapa pihak menyebutkan sebagai masyarakat yang sedang mengalami keterpurukan. Pengertian terpuruk juga bisa  diidentikan dengan masyarakat yang lapar, karena telah jatuh daya belinya, yang teriak karena harga kebutuhan bahan pokok yang cenderung naik terus, mengeluh dengan biaya pendidikan yang tinggi, kecewa dengan sistim hubungan Outsourching antara buruh dan majikan dan lagu lama yang kita telah kita dengar, yaitu   PHK sepihak yang dilakukan pengusaha terhadap buruhnya.

Kondisi yang pelik di atas, bersama kita harapkan untuk segera teurai dan tidak lagi menjadi benang kusut, yang mengusuti kondisi sosial masyarakat kita. Hal ini berarti bahwa segala kebijakan otoritas di negeri ini, adalah sesuatu yang cenderung menumbuhkan factor factor yang kondusif demi sembuhnya keterpurukan. Kebijakan angin segar bagi si kecil adalah sesuatu yang bersifat emergensi, bukan  lagi hanya “lip only” atau yang hanya sebuah kebijakan formalitas.

Namun apa yang kita hadapi justru sebuah kontradiksi sehubungan dengan kebijakan pemerintah menaikan harga BBM per 1 April 2012 sebesar Rp.1500/L untuk harga premium.
Rencana kebijakan tersebut telah disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik, di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu (3/3/2012). Selanjutnya Jero Wacik menyatakan, bahwa Kenaikan BBM merupakan pilihan yang harus ditempuh pemerintah. Terlebih, harga minyak dunia terus tertekan dengan krisis ekonomi yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat.

·         Dibarengi Kenaikan TDL

Kebijakan pemerintah yang terus menggeliat menepis angin kesejukan bagi rakyat kecil rupanya bukan hanya itu saja. Karena pemerintah berencana pula menaikan TDL sebesar 10 % secara bertahap dan tidak bersamaan dengan kenaikan BBM. Alasan pemerintah menaikan TDL tersebut, karena menghemat subsidi pemerintah sebesar 90 Triltun Rupiah/tahun.

Kita menjadi terperangah dengan kebijakan yang tidak kita mengerti, ibarat kita harus menyaksikan komedi putar yang sama sekali tidak menghibur hati kita yang sedang lapar.
Nampaklah kebijakan seperti ini hanya semata kebijakan fiscal yang terus menerus tidak pernah menemukan solusi yang tepat.Betapa tidak, kebijakan seperti ini tentunya bakal memancing naiknya semua harga kebutuhan hidup, pendidikan, transportasi di tengah pendapatan /gaji buruh yang lambat menyesuaikan bahkan tidak proporsional dengan kenaikan semua harga.  Sudah barang tentu kebijakan pemerintah tersebut akhirnya mendapat respon negative dari kelompok buruh dan mahasiswa.

·         Angka Kemiskinan yang Menjadi Taruhan

Meski pemerintah juga berencana memberikan BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat ) sebesar 9 Trilyun Rupian, yang diperoleh dari pemotongan 50 % anggaran perjalanan dinas. Namun kiat itupun tidak  menyelesaikan masalah karena masih tingginya angka kemiskinan dan pengangguran sebesar 11,5 % dan 6,5 %, dengan laju kenaikan ekonomi tahun 2012 yang merambat pada kisaran 4,5 % (menurut analisis IMF). Bila gambaran kasar jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 235 juta, maka jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah sebesar 25.850.000 jiwa. Sebesar apapun BLSM apalagi hanya bersifat sementara, maka salngatlah kecil peluang untuk mampu meredah angka kemiskinan, bila terjadi realisasi kenaikan harga BBM dan TDL.

Memang kita tidak menutup mata, bahwa pembelanjaan APBN untuk kebutuhan konsumsi masyarakat adalah beresiko terhadap fiscal suatu negara, seperti yang dinyatakan oleh  Gubernur BI Darmin Nasution bahwa , Indonesia dapat memetik pelajaran dari krisis Eropa dan AS yang berakar dari permasalahan yang sama yaitu kecenderungan untuk berutang secara berlebihan dalam membiayai konsumsi.
Untuk keperluan tersebut terkadang  utang menjadi jalan pintas sehingga terus membesar dan menjadi beban yang mengancam kesinambungan fiskal, pola konsumsi berjalan tidak seimbang dengan kemampuan produksi sektor riil.

Namun masalahnya akan berbeda bila aspek kenaikan BBM dan TDL diterapkan guna penyelamatan fiscal. Kita mengetahui besama bahwa BBM dan TDL adalah berperan strategis dalam kegiatan ekonomi dari hulu hingga hilir. Segala sesuatu tentang kedua unsure tersebut sangatlah berdampak luas, terutama bagi masyarakat kecil di Indonesia.Maka angka kemiskinan tak pelak lagi akan jatuh.

Dengan demkian rakyat kecilpun berharap bahwa pemerintah sebaiknya dengan taktis mengambil langkah alternative lainnya guna menyelematkan fiscal negara.

Rabu, 29 Februari 2012

Yang Muda Yang Miskin Kepedulian


Bagi Generasi ‘The Founding Father” bangsa dan negara ini, tentunya tidak mengenal Miranda Goeltom, Angelina Sondak, Gayus Tambunan dan Dhana Widiatmaka. Sebab beberapa nama tersebut di atas dalam blantika kehidupan bangsa dan negara ini, adalah termasuk generasi ‘The New Comer”. Beruntung sebagian besar Generasi The Founding Father tesebut tidak mengenyam pola kehidupan The New Comer tersebut di atas sebagai generasi penerus  yang eksis di era sekarang. Lantaran bila mereka menyaksikan sepak terjang perilaku mereka yang terdiferensiasi, tentunya mereka terus akan menyeka air mata. Karena sebuah keprihatin yang mendalam terus terselip di sanubari mereka.

Betapa tidak, untuk mengusung eksistensi Bangsa dan Negara Indonesia lengkap dengan kedaulatanya, tentunya memakan korban harta , air-mata atau nyawa mereka. Demi sebuah kehidupan anak cucu mereka yang merdeka dan bahagia. Telah lengkap sudah catatan sejarah tentang keberanian mereka dalam melawan setiap anasir yang berniat meluruhkan tekad berkehidupan sebagai Bangsa Indonesia.

Ataukah memang sudah menjadi kodrat sejarah, bahwa setiap kurun waktu akan lahir sebuah generasi yang bercirikan sesuai dengan jamanya masing-masing. Sebagai contoh, generasi Bangsa Indonesia yang hanya mengenal semangat nasionalisme lahir pada periode pertengah abad ke 20. Karena memang pada decade tersebut, terutama bangsa-bangsa di Asia Afrika mendapat pencerahan penuh tentang nasionalisme dari jamanya, yang distimulir perjuangan untuk merdeka melawan penjajah.

·         Era Berakhirnya PD II

Beberapa kurun waktu sesudahnya, bergeloralah jaman ekspansi ekonomi dari AS yang menapaki pertumbuhan ekonomi yang fantastis dengan capaian keunggulan iptek yang dipasarkan ke dunia timur. Demikian pula Jepang yang
bangkit setelah kekalahan mereka di PD II serta  Jerman yang bernasib sama dengan Jepang dan lain sebagainya. Saat itu mulailah lahir generasi yang berlomba mengusung iptek demi kenyamanan hidup manusia. Meskipun sebagian genarasi tersebut hidup di banyak negara tiran, yang belum mengenal demokrasi, transparansi dan supremasi hukum.

Dalam dinamika kehidupan di sebagian negara  di muka bumi ini, ekspansi dan kemajuan iptek sebagai kiat untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia, mampu selaras dengan wajah baru kehidupan politik  dengan mengedepankan aspek demokrasi dalam sistim politik negara mereka. Semangat nasionalisme dan kepedulian terhadap warga lainya di manifestasikan melalui saluran politik yang berujud partai.

·         Kepedulian yang Tak Mengenal Akhir
Berkat kemajuan iptek yang luar biasa di millennium ke-2 beberapa waktu silam, manusia mampu menghandling sebagian faktor kendala yang merintangi eksistensinya. Sehingga meledaklah pertambahan jumlah penduduk dunia yang tak mampu dihindari, yang ironisnya telah menurunkan daya dukung sumber daya alami yang semakin terpuruk. Sehigga tetap saja manusia menghadapi masa krisis terutama dalam pemenuhan enerji, kepemilikan lahan, moneter, laju pertumbuhan ekonomi, mahalnya biaya pendidikan dan lain sebagainya

Sebuah kepedulian yang terintegrasi dan totalitas dari kita semuapun tak kalah kualitasnya dibanding dengan berjuang jiwa raga demi merdekanya sebuah bangsa.

Namun apa mau dikata, jika yang terjadi hanyalah generasi “New Comer” di negara kita yang hanya menggeliat demi pemenuhan kebutuhan pribadinya dengan laku curang seperti korupsi dan lain sebagainya. Padahal kompleksitas hidup warga masyarakat negara kita semakin bertambah, yang justru membutuhkan petinggi, tokoh negara, komunitas intelektual yang berintegrasi dengan kompleksitas ini. Bahkan mereka sudah tidak mengenal rasa hormat pada dirinya sendiri, tak
mengenal kepedulian terhadap sesama Masyarakat Indonesia yang terus merosot daya belinya.Kepedulian bagi saudara kita yang menjadi petinggi dan penentu kebijakan serta cermat dalam meng-up load aspirasi masyarakat Indonesia adalah mutlak harus menjadi pilihan utama dalam mendharma baktikan mereka. Bukanya malah memberi pembelajaan sosial  yang tak terpuji.

Namun kitapun tidak terus larut dalam keprihatinan atas derasnya perilaku curang petinggi kita yang tiada henti. Kita masih menantikan adanya tindakan hukum yang tegas, adil dan transparan, guna merancang bangun optimisme masyarakat kita untuk pembangunan berkesinambungan di masa mendatang.