Selasa, 25 Oktober 2011

Keprihatinan Bersama untuk Tahun 2012


Rasa sukur patut kita simpan dalam sanubari kita, bahwa prediksi  Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) tentang awal musim hujan tahun 2011-2012,  ternyata tidak meleset. Semula BMKG mempredikisi awal musim hujan akan jatuh pada pertengahan Bulan Oktober tahun 2011 ini, dan ternyata di berbagai tempat di Indonesia sejak pertengahan Bulan Oktober ini telah mulai memasuki musim hujan. Meski datangnya musim hujan ini akan sangat tergantung pada zona musim (ZOM) setiap wilayah. Sehingga, waktu mulainya hujan tidak akan bersamaan.

Lebih jauh lagi BMKG menganalisis prakiraan musim hujan secara detil, berdasarkan  laporan resmi institusi ini pada 14 September 2011 silam, sebagai berikut: Awal Musim Hujan 2011/2012 yang berlangsung di 342 Zona Musim (ZOM) diprakirakan terjadi pada bulan Oktober 2011, dengan rincian sebanyak 131 ZOM (38.3%) dan November 2011 sebanyak 121 ZOM (35.38%). Sedangkan beberapa daerah lainnya awal Musim Hujan terjadi pada Agustus 2011 sebanyak 9 ZOM (2.63%), September 2011 sebanyak 29 ZOM (8.48%), Desember 2011 sebanyak 43 ZOM (12.57%), Maret 2012 sebanyak 6 ZOM ( 1.75%), April 2012 sebanyak 2 ZOM (0.58%), dan Mei 2012 sebanyak 1 ZOM (0.29%).

Namun demikian rasa sukur kitapun harus selalu dibarengkan dengan sebuah keprihatinan bersama, lantaran menurut hasil analisa terbaru dari jaringan buoy RAMA (Research Moored Array for African-Asian-Australian Monsoon Analysis and Prediction) diketahui bahwa  wilayah  di Samudra Hindia dan  Samudra Pasifik hingga April 2012, akan mengalami musim hujan, termasuk wilayah Indonesia. Hasil analisis RAMA tersebut ternyata tidak jauh berbeda dengan analisis Pasific Marine and Environmental Laboratory (PMEL) dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), yang lebih rinci menyatakan bahwa secara statistik probabilitas musim hujan “di atas normal”  pada akhir 2011-awal 2012, adalah sekitar 70%.
Bencana Banjir

Tingginya peluang hujan di atas normal tesebut tentunya mampu mensiratkan  kita untuk bersikap  “ekstra waspada dan prihatin “ terhadap banjir  yang ditimbulkannya. Sehubungan dengan banjir yang telah akrab dengan kita,  Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrim BMKG, Kukuh Ribudiyanto, menyatakan bahwa cuaca ekstrim memang salah satu penyebab terjadinya banjir dan biasanya curah hujan yang tinggi ini terjadi mulai Desember hingga Febuari. Perubahan pola hujan di seluruh kawasan Jakarta misalnya, terjadi karena akan memasuki musim penghujan. Tahun ini, curah hujan di Jakarta memang terjadi di atas normal, dan akan berlangsung hingga Maret dan April.

Apabila Jakarta sebagai salah satu wilayah negara kita terkena dampak curah hujan ini, maka kewaspadaan yang melibatkan semua pihak tentu mulai disiapkan dari sekarang. Sebab bencana alam tersebut akan menimbulkan dampak yang luas, seperti yang pernah dialami Pakistan tahun 2010 silam. Negara berkembang itu telah dilanda banjir bandang terparah dalam sejarah, hal ini karena sebanyak 14 juta warganya menderita akibat banjir tersebut. Jumlah ini sungguh menakjubkan dan sebanding dengan korban bencana tsunami yang menyerang Samudra Indonesia Tahun 2004, bencana gempa bumi di Kashmir Th 2005 dan gempa bumi di Haiti 2010 silam.

Cadangan Beras
Berdasarkan keterangan resmi dari Perum Bulog di Gedung DPR, Juni 2011 tentang menipisnya stok beras yang hanya cukup  untuk akhir tahun ini (sekitar 1,7 juta ton), kita sekarang dihadapkan pada suatu realita tentang urgensi keprihatinan bersama, apalagi bila kenyataan lain telah menghadangnya, yaitu adanya kekosongan beras untuk  kebutuhan Bulan  Januari hingga Maret 2012. Beruntung bahwa sisia sok beras yang ada masih cukup untuk penyaluran beras raskin 260 ribu ton/bulan.
Adapun untuk kebutuhan Januari-Maret 2012, Bulog setidaknya membutuhkan serapan beras sebesar  800 ribu ton. Namu pada banyak hal, salah n untuk serapa beras sangat bergantung pada banyak hal, salah satu diantarany adalah surpls panen, perbaikan saluran irigasi dan lain sebagainya.

Bencana  “Solar Flare”

Pada  Bulan Pebruari 2011 lalu, ilmuwan dari seluruh dunia mencermati adanya tiga muntahan partikel matahari yang dapat mencapai bumi. Masa partikel yang dimuntahkan matahari tersebut diketahui jelas telah mempengaruhi lapisan magnetik bumi. Gelombang partikel tersebut telah mampu menerjang bumi selama beberapa hari dan diketahui sebagai hantaman gelombang yang paling kuat sejak tahun 2006. Dampak dari gelombang ini adalah sangat luas sekali, termasuk adalah menyebabkan gangguan  sistim telekomunikasi satelit  dan lain sebagainya. Gelombang partikel dari matahari ini disebut dengan “Solar Flare”.

Fenomena tersebut oleh Lapan telah dipediksi bakal menyerang Indonesia pada tahun 2012. Lebih jauh Lapan telah memprediksi bahwa bencana tersebut akan mencapai puncaknya pada tahun 2012 sampai 2015 kegiatan matahari akan mengalami puncaknya dengan kndungan energi pada gelombang itu sekitar  6x1025 joules. Solar flare akan melepas energi yang besar yang di kenal dengan badai proton. Proton ini bisa menembus tubuh manusia dan menyebabkan kerusakan biokimiawi.

Terdapatnya berbagai kendala yang menerpa kita semua pada tahun 2012 nanti, tidak lain hanyalah  upaya antisipasi menurut kemampuan kita sendiri, minimal dengan menumbuhkembangkan  rasa prihatin dan waspada terhadap dampak dampak perubahan cuaca di jagat raya kita
Penulis : Bambang Suknadji -Semarang

Jumat, 21 Oktober 2011

Pemimpin Yang "Keblinger"



Kata “Keblinger” berasal dari Bhs, Jawa yang bermakna salah arah/ salah penerapan terhadap nilai nilai yang diakomodatif  bersama dalam suatu masyarakat sosial.  Sehingga sering kita menyaksikan suatu karakter baru yang menerpa suatu masyarakat sosial, yang pada esensinya adalah  merupakan capaian deviasi sosial. Dalam kajian sosiologis perubahan semacam ini disebut sebagai “social changing” dari masyarakat tersebut, yang secara kategories tidak ditinjau lebih lanjut, apakah perubahan sosial masyarakat tersebut bersifat negatif atau positif.

Meski demikian,nilai nilai yang melekat jauh di lubuk hati masyarakat, tidaklah bersifat absolut. Nilai sosial tersebut mampu mengalai perkembangan “vertikal dan horizontal”, tergantung peubah peubah yang diadopsi masyarakat tersebut,  meski karakter dasar dari masyarakat tersebut relatif tidak musnah di telan berbagai arus perubahan. Spesifikasi tersebut membawa suatu konsekuensi logis yang melekatnya, yaitu esensi “keblinger” yang bersifat relatif. Lebih jauh lagi, “keblinger”  bisa bermakna “salah atau benar”, tergantung dari mana kita berpijak.

Selama berabad abad lamanya Bangsa Arab sangat kental memegang kultur yang patuh, setia dan “anti demokratis”  dalam ruang lingkup pengakuan terhadap pemimpin bangsa mereka. Mereka lebih menempatkan pemimpin bangsa dalam fungsi yang lebih luas dibanding bangsa lainnya. Bahkan mereka menentukan pemimpin bangsa mereka sebagai “Amirul Mukminin”, yang diharapkan tetap konsisten kehadirinya di tengah mereka sepanjang hayatnya. Sehingga banyak bangsa Arab yang tidak menyukai pergantian mereka secara periodik.

Dengan sendirinya  selama ini mereka tidak mengenal pilkada, pilgub dan pilpres ataupun partai politik, seperti bangsa bangsa lain di dunia ini. Contoh Negara Arab yang mmemegang kuat kultur di atas, adalah Saudi Arabia, Kuwait, Qatar, Bahrain, Libia, Syria dan lain sebagainya. Sedangkan Negara Mesir, telah mengalami “Akulturasi”  akibat terinfiltrasi  sistim demokrasi. Sehingga mereka sudah mengenal “sistim demokrasi” jauh sebelum dekade tahun 2010-an. Namun demikian nilai lama dalam sistim bernegara masih mereka semayamkan dengan kukuh. Terbukti dalam sejarah,  mereka menerima kehadiran Presiden Anwar Sadat dan Husni Mubarrok hingga beberapa dasa warsa, selama Amirul Mukminin mereka tetap menjunjung moralitas yang diakui bersama oleh Masyarakat Mesir.

Selama 30 tahun Mesir di bawah kebijakan perseorangan, yaitu Husni Mubarak yang berlindung di Partai Nasional Demokrat. Presiden yang merupakan presiden terkaya di dunia dengan kekayaan 71 milyar US Dollar telah didukung sepenuhnya kehadiranya   oleh Negara Israil dan Eropa Barat serta AS. Banyak pihak yang mendapat keuntungan dengan Husni Mubarak ini, yaitu Israil dengan perjanjian damainya yang dirancang oleh pendahulunya Presiden Anwar Sadat. Disinilah keblingernya Husni Mubarak, yang dikecam luas masyarakatnya, terutama Partai Liberal Islam yang sama sekali menuntut agar Mesir menjadi negara independen tidak didikte AS, Eropa Barat dan Israil. Sehingga jatuhlah Husni Mubarok diganyang masyarakatnya sendiri. Sehingga Bangsa Mesir telah mengusung “keblinger” terhadap kultur mereka sendiri.

Sejarah telah menorehkan, bahwa masih banyak pemimpin pemimpin Negara Arab, yang otoritas dan keblinger. Salah satunya adalah Muammar Khadaffi pemmpin Bangsa Libia, yang pada akhir Bulan Oktober dikabarkan telah tewas, setelah sekian lama menjadi buron rakyatnya sendiri,yang meregangkan revolusi berdarah.  Muammar Khadaffi berasal dari Sirte, lahir 7 Juni 1942. Dia dilahirkan dari keluarga miskin yang nomadik. Sejak dia duduk di bangku SMU, dia sudah memimpin kelompok revolusioner yang militan  dalam melawan monarchi Libia yang probarat. Kebencian kepada barat memuncak pada tahun 1969, kala dia yang masih berpangkat kapten berhasil memimpin Revolusi Al Fatah untuk menggulingkan Raja Idris yang pro Amerika. Semenjak itu Muammar Khadaffi menjadi penguasa tiran, dengan gaya ambisinya untuk  mengembangkan masyarakat baru berdasarkan prinsip-prinsip sosialisme Libya dengan semboyan “sosialisme, persatuan, dan kebebasan 

Hasil penjualan minyak Libia kepada negara lain, tidak serta merta dapat digunakan untuk kesejahteraan rakyatnya sendiri, akan tetapi ditelip demi kekayaan Muammar Khadaffi dan keluarganya. Walhasil dari hasil korup ini, kekayaan Khadaffi sangat luar biasa , hingga mencapai 80 Milliar US Dollar. Apalagi kekayaan tersebut digunakan untuk membayar tentara pribadiny guna mempertahankan  rezimnya. Apabila Muammar Khadaffi tidak digulingkan dan dibunuh masyaralatnya sendiri, maka kekayaan dia dan keluarganya akan semakin fantastic, mengingat Libya adalah produsen minyak terbesar ketiga di Afrika. 

“Keblinger” Khadaffi mulai tampak saat Libia diterkam badai demonstrasi rakyatnya sejak Febuari 2011 silam, yang sudah tidak menaruh simpatik lagi pada pemimpin mereka. Situasi menjadi bertambah mencekam setelah Rakyat Libia, mulai membentuk milisi untuk secara terang terangan berniat menjatuhkan Khadaffi, yang pada akhirnya milisi tersebut berhasil menembaknya mati pada Hari Kamis, 20 Oktober 2011.

Wacana tersebut mampu menggugah pemikiran kita, bahwa mereka mereka para pemimpin bangsa/tokoh dunia dapat mengalami kejadian dramatis sekaligus tragis, yang sangat kontroversi antara kaharismatiknya saat mereka berada di puncak kejayaanya dan saat mereka diganyang rakyatnya sendiri, seperti yang dialami Consescue dari Rumania, Musollini dari Italia dan Muammar Khadffi dari Libia, serta masih banyak contoh lainnya (Dari beberapa Sumber).