Kamis, 15 Desember 2011

Media ON LINE


Posted on 27 April, 2010 by admin
Ditayang Harian Sumut Pos
 
Memasuki era peradaban baru, media online sudah menjadi kebutuhan. Tak terkeculi di dunia pendidikan. Pasalnya media online dinilai mampu mentrasfer informasi secara cepat dan tepat. 

Dalam sejarah pembentukan peradaban manusia yang humanis yang dijinjing oleh corak hidup modernis, telah tercatat banyak sudah negarawan yang mengabdikan diri guna membasmi ketidak adilan suatu masyarakat dengan gaya dan kemampuan masing-masing.

Sebagian dari mererka adalah Mahatma Gandhi sang Ahimsa. Gandhi menitikberatkan perjuangan Bangsa India dengan nasionalisme sebagai suatu kodrat dan anugerah dari Tuhan yang Maha Kuasa. Sebagian besar perjuangan Gandhi yang mengedepankan Ahimsa itupun ditulis dalam beberapa media yang eksis kala itu.
Bahkan Soekarno The Founding Father untuk Bangsa Indonesia banyak menyodorkankan ide gagasanya guna membangun struktur berpikir masyarakat, melalui tulisan-tulisannya di berbagai media. Gaungpun bersambut  dengan ketajaman dan gaya tulisanya yang spesifik. Soekarno berhasil menghantarkan rakyat Indonesia menuju penetrasi ideologi, politik, naluri kebersamaan, patriotisme dan nasionalisme yang mewujud dalam pembentukan negara Republik Indonesia.

Sebuah idealisme bukan hanya mutlak milik negarawan kondang saja,  bukan pula milik figur kharismatik ataupun figur central lainnya. Namun yang jelas setiap suatu idealisme apapun yang bersemayam kuat di tiap benak manusia, tentunya memiliki naluri agar ide dan gagasannya dibaca/didengar/dipatuhi oleh publik. Sehingga individu yang terselip di grassrote-pun berhak pula untuk menyampaikan ide gagasanya dalam suatu tulisan.

Hingga dekade tahun 2010 ini, peranan media on-line masih menjadi media kelas dua dibanding dengan media cetak. Hal ini disebabkan karena faktor pendukung utama belum seluruhnya mampu diadopsi setiap masyarakat,  karena daya beli, minat baca, kultur dan faktor lainya. Padahal meski sepintas lebih ribet, namun publikasi media on-line mampu menjangkau masyarakat dunia. Inilah salah satu kelebihan media on-line ketimbang media cetak.

Dengan  keunggulan seperti tersebut di atas, tidak menutup kemungkinan di decade mendatang, Penyelenggaraan UN untuk SMP/MTS dan SMA/MA/SMK menggunakan jasa media on-line untuk tampilan soal-soal ujian tersebut, agar lebih mampu menjamin masalah kejujuran UN,  karena lebih pendeknya mata rantai pengadaan soalnya. Tidak menutup kemungkinan di decade mendatang Kementrian Pendidikan melibatkan media on-line guna kegiatan pembelajaran di sekolah.

Diharapkan media on-line ini akan lebih berkiprah dalam hal publikasi dinamika social. Sebagai suatu kiat manusia modern dalam menggapai pemenuhan informasi dalam ranah apa saja. Mengingat keunggulan aspek cakupanya baik dari substansi dan area-publishnya. Hal ini tentunya akan meningkatkan peluang masyarakat modern Indonesia dalam pencapaian kompetensi yang tidak disodorkan pada satuan pendidikan atau perguruan tinggi atau institusi edukasi lainnya. Bukankah dengan demikian peranan media on-line akan lebih signifikan lagi dalam pencerahan public.

Betapa tidak media on-line yang sekarang bisa kita dapatkan di internet bisa langsung menyodorkan input public secara komprehensif yang mencakup aspek edukasi, featur, kriminal, opini, sosial dan politik, hukum, news and views, sastra, anak anak, remaja dsb. (*)
Oleh:
Ir Bambang Sukmadji
 Guru MA Futuhiyyah 1 Mranggen Demak Jateng

Membentuk Generasi Wanita Ideal


MENYAMBUT HARI IBU 2011

sri wahyuni

Memasuki minggu-minggu terakhir Bulan Desember 2011 ini, kita hendaknya  bersiap untuk berbenah menyambut tahun baru 2012. Perubahan positif mestinya telah kita tekadi dengan memfokuskan sebuah pembentukan mentalitas dan moralitas, untuk mengusung sebuah life-style. Perubahan di atas semestinya pula direalisasi dengan menelibatkan  semua komponen masyarakat dalam  acuan “sebuah kepentingan bersama “ yang kita harapkan. Sehingga berhasilah Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi negara yang sukses dalam pemberdayaan  “asset sumber daya manusia” untuk bertanggung jawab dalam pembangunan sebuah bangsa.

Namun untuk menggapai sebuah predikat semua komponen masyarakat sosial yang “ready to use” tersebut, memang bukan masalah  yang gampang, dalam artian tekad itu harus diwujudkan dengan sebuah tekad yang dikonsep dengan cermat, bersinergi tinggi dan penuh tanggung jawab, taktis dan sungguh-sungguh.  Termasuk salah satu diantaranya adalah pemberdayaan Perempuan Indonesia yang berkomposisi sebesar 50,3% dari 238,452,952 total penduduk. Dari jumlah tersebut 58 % diantaranya tinggal di pedesan dan menempati posisi buruh tani dan kebon sebesar  69,32% dari 47,67 % tenaga kerja di pedesaan.

·         Jebakan Kultur

Segmentasi kontribusi perempuan Indonesia dalam menggapai kemajuan bangsa, memang belum optimal bila kita korelasikan dengan jumlah pengusaha wanita di Indonesia yang masih minim yakni hanya 0,1 persen dari total penduduk. Hal ini sesuai pernyataan  Menteri Pemberdayaan Perempuan, Linda Amalia Gumelar, di Bandung pada bulan Januari 2011 silam.  Data statistik di atas turut pula meyakinkan kita, bahwa sebagian besar wanita di Indonesia masih belum mengenyam kriteria sumber daya manusia yang dituntut ‘up to date”. 

 Meski jumlah wanita karir terus merangkak  di tengah masyarakat dari tahun ke tahun, namun peningkatan ini hanya terjadi di kota-kota karena kondisi sosiologis yang menuntut dan memungkinkan segmentasi ini berlangsung. Bagaimana dengan kiprah wanita di pedesaan, yang memerankan 69,32% dari 47,67 % tenaga kerja di pedesaan. Jebakan kultur telah menghisapnya dari tuntutan semua pihak agar wanita lebih signifikan berperan, sesuai dengan teori Myers, (1995), yang mengemukakan tentang pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, bahwa dalam satu keluarga ada dua fungsi yang harus dikembangkan secara khusus yaitu mendidik anak dan memproduksi makanan. Sebuah rancangan keluarga yang terdiri dari seorang laki-laki dan seorang wanita, maka akan sangat menguntungkan apabila salah satu fungsi dalam keluarga tersebut diberikan kepada satu jenis kelamin dan fungsi lainnya kepada jenis kelamin yang lain.
Namun sebuah realita lainya tidak mampu ditepis, bila kita mengamati kehidupan pasutri  muda di kota yang bersama terlibat dalam meniti karir di berbagai bidang jasa, tanpa menepiskan fungi kodrati gender tersebut.  Hal ini disebabkan lantaran kehidupan modern memang menantang pasutri muda untuk terlibat di kancah hidup yang kompetitif, profeionalisasi, inovatif dan totalitas. Dengan demikian teori dari Myers, (1995) tersebut bukan merupakan life-style yang sacral lagi. Lantas bagaimana fungsi dan peranan Wanita Indonesia yang hidup di pedesaan yang agraris.

·         Pendidikan Gratis

Pengentasan peran wanita yang kita harapkan tidak bisa kita lepas begitu saja pendidikan formal dan informal yang memadai dan murah, bahkan belakangan ini telah mencuat wacana pendidikan gratis. Dengan dana pendidikan sebesar lebih dari Rp.200 Trilyun Rupiah bukan hal yang mustahil untuk penggratisan pendidikan dari mulai SD hingga PT guna pemberdayaan Wanita Indonesia. Sehingga minimal Wanita Indonesia telah menapaki type generasi yang smart, inovatif , terbuka serta bermentalitas “up to date”.

Agar lebih menggigit lagi peran sebuah generasi wanita, maka pelatihan-pelatihan dasar pebisnis dalam suatu kelompok kerja harus direalisasi dengan serius, terutama di pedesaan. Pelattihan ini difokuskan pada agribisnis sekaligus menciptakan sebuah peluang ekspor komoditi yang di Indonesia masih menjadi mimpi panjang. Peluang tersebut sebenarnya masih terbuka luas bila kita kaitkan dengan masih tersedianya lahan yang luas di bumi kita, ditambah dengan kekayaan hayati yang berlimpah ruah. Apabila pendidikan gratis untuk pendidikan dan pelatihan gratis untuk wacana tersebut di atas tentunya mampu menambah nilai plus untuk wanita kita.***